REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan bahwa kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak sudah menjadi pandemi karena sebarannya telah meluas dan ditemukan di banyak daerah.
"Saat ini bisa dikatakan bahwa PMK ini sudah menjadi pandemi, yang artinya sudah menasional, seluruh wilayah di Indonesia terkena pandemi PMK, tidak terkecuali Kabupaten Bantul," kata bupati usai meninjau kandang sapi yang terkena PMK di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (14/6/2022).
Menurut dia, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul, di wilayah itu telah ditemukan 973 hewan suspek PMK karena mempunyai gejala terinfeksi virus yang menyerang mulut dan kaki ternak itu.
"Di Kecamatan Pleret yang merupakan sentra ternak ini juga terkena sekitar 512 kasus PMK," katanya.
Pada kesempatan tersebut, bupati beserta rombongan dinas ketahanan pangan dan pertanian serta dokter dari pusat kesehatan hewan (puskeswan) mengunjungi dua kandang sapi di Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, salah satu sentra ternak di Bantul. Bupati mengatakan, guna mencegah penyebaran kasus PMK makin meluas, pihaknya telah menginstruksikan seluruh puskeswandi masing-masing kecamatan untuk melakukan penanganan dan pengobatan ternak yang sakit.
"Seluruh puskeswan kamiinstruksikan untuk turun ke bawah, semuanya sudah bekerja, dokter hewan kami kerahkan melakukan penanganan, seperti suntik antibiotik antipiretik dan suntik vitamin. Dengan upaya ini kamidiharapkan bisa menurunkan intensitas pandemi PMK di Bantul," katanya.
Bupati mengharapkan, yang terpenting sekarang ini para peternak sapi semakin menyadari dan semakin memahami bagaimana harus melakukan penanganan kepada sapi-sapi yang terkena PMK.
"Kami minta peternak untuk segera menghubungi puskeswan setempat jika ada hewan yang terkena PMK. Kita punya 10 puskeswan se-Bantul yang semuanya didukung oleh dokter hewan," katanya.