REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar modal syariah Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang positif. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator salah satunya penguatan Indonesia Sharia Stock Index (ISSI).
Pada akhir 2021, posisi ISSI mengalami kenaikan sebesar 6,50 persen ke level 189,02 dibandingkan akhir 2020 yang berada di level 177,48. Sedangkan per 3 Juni 2022, ISSI terus bergerak naik ke level 209,31.
"Memang kenaikan ini tidak secepat konvensional tapi ini memberikan sinyal positif. Kita berharap saham-saham syariah semakin diminati," kata Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I OJK Djustini Septiana, Selasa (14/6/2022).
Berdasarkan catatan OJK, jumlah saham syariah tercatat meningkat menjadi 495 pada akhir 2021 dibandingkan akhir tahun 2020 yang mencapai 441. Sedangkan per 3 Juni 2022, jumlah saham syariah naik signifikan menjadi 501.
Nilai saham syariah tercatat sejumlah Rp 3.983,65 triliun pada akhir 2021 dibandingkan akhir tahun 2020 yang sejumlah Rp 3.344,93 triliun. Sementara per 3 Juni 2022, nilai saham syariah meningkat tajam dan saat ini mencapai Rp 4.434,70 triliun.
Jumlah sukuk korporasi outstanding 189 dengan nilai mencapai Rp 34,77 triliun pada akhir 2021. Angka tersebut naik dibanding akhir 2020 yang jumlahnya 162 penawaran dengan nilai Rp 30,34 triliun. Per 3 Juni 2022, jumlah sukuk korporasi outstanding mencapai 201 dengan nilai Rp 37,47 triliun.
Tidak hanya syariah, perkembangan pasar modal Indonesia secara umum juga menunjukkan tren positif. Kondisi ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil mencapai level tertinggi sepanjang masa pada tahun ini.
"IHSG juga pernah mencapai angka tertinggi di tahun 2022. Meskipun sempat turun ketika ada isu-isu dari luar negeri yang sedikit mempengaruhi, pada akhirnya bangkit lagi dan trennya mulai positif," kata Djustini.
Indikator lainnya terlihat dari kapitalisasi pasar yang meningkat signifikan menjadi Rp 8.252 triliun pada akhir 2021. Angka tersebut naik 18,40 persen dibanding 2020 yang sebesar Rp 6.970 triliun. Sementara per 3 Juni 2022, kapitalisasi pasar telah melampaui tahun 2021 dengan nilai mencapai Rp 9.403 triliun.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana juga tumbuh di tengah pandemi menjadi Rp 578,44 triliun pada akhir 2021. Angka tersebut naik 0,85 persen dibanding akhir 2020 yang mencapai Rp 573,54 triliun. Sedangkan per 3 Juni 2022, NAB sudah mencapai Rp 560,64 triliun.
Dari sisi dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) juga meningkat 2,63 persen menjadi Rp 849,23 triliun pada akhir 2021 dibandingkan akhir 2020 yang mencapai Rp 827,43 triliun. Per 3 Juni 2022, total AUM sudah melampaui tahun lalu dengan nilai mencapai Rp 862,21 triliun.