Tingkatkan Kapasitas Tenaga Pengajar, Unisa Yogyakarta Gelar Baitul Arqam Dosen
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Rektor Unisa Yogyakarta memberikan pengarahan kepada seluruh dosen dalam kegiatan Baitul Arqam. | Foto: Dokumen
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta menggelar Baitul Arqam bagi seluruh dosen. Kegiatan yang digelar pada 13-14 Juni 2022 tersebut dilakukan bersama dengan Majelis Pembinaan Kader PP Muhammadiyah/'Aisyiyah.
Baitul Arqam ini diikuti oleh 129 dosen Unisa Yogyakarta. Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti mengatakan, kegiatan itu digelar sebagai upaya mewujudkan dosen yang cendekiawan dan unggul berlandaskan nilai-nilai Islam berkemajuan.
Warsiti mengatakan, 2022 ini merupakan tahun pertama dalam menjalankan fase kedua rencana pengembangan Unisa Berkembang. Dalam fase ini, pihaknya berkomitmen untuk membuat langkah-langkah strategis, melakukan akselerasi dalam mengelola kegiatan utama dari catur dharma pendidikan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, katanya, maka peran dosen menjadi sangat penting. Terutama dalam meningkatkan kinerja catur dharma guna pencapaian indikator kinerja utama dan indikator kinerja tambahan.
Melalui kegiatan Baitul Arqam, diharapkan dapat menyegarkan kembali dan dosen berkesempatan belajar tentang banyak topik. Sehingga, katanya, akan menambah pemahaman keberagamaan sesuai dengan peneguhan paham Muhammadiyah.
Selain itu, kapasitas dosen juga diharapkan dapat ditingkatkan melalui kegiatan ini. Pasalnya, Warsiti menyebut, tantangan dosen di era saat ini lebih kompleks dan kompetitif.
"Tentulah membutuhkan kecakapan khusus, terlebih sebagai dosen PTMA ada tanggung jawab khusus yang kita emban yaitu bagaimana kita menghasilkan lulusan yang kompeten di bidangnya, tetapi juga sekaligus mengemban misi sebagai kader persyarikatan," kata Warsiti.
Ketua Umum PP 'Aisyiyah, Noordjannah Djohantini, juga menyampaikan beberapa pesan kepada seluruh dosen. Menurutnya, dosen harus menguatkan solidaritas pengkhidmatan di Unisa, memiliki simpati, empati, dan tanggung jawab.
Noordjannah juga meminta agar dosen menjaga marwah Unisa Yogya sebagai perguruan tinggi milik persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah. Terlebih, 'Aisyiyah merupakan satu-satunya organisasi perempuan yang memiliki perguruan tinggi.
"Senantiasa mengembangkan wacana keilmuan di berbagai bidang dan menjadi pusat rujukan," kata Noordjannah.
Ia pun berharap agar dosen Unisa Yogyakarta berilmu dan cendekia. Cendekia, lanjutnya, merupakan salah satu penggerak sesuai keilmuannya.
"Dosen menjadi cendikiawan harus diikhtiarkan, dipupuk dan dimulai dari sekarang, karena berilmu belum tentu cendekia. Hal tersebut adalah hal yang perlu ditingkatkan," ujarnya.