REPUBLIKA.CO.ID, LISBON -- Pusat Pemantauan Narkoba dan Obat-obatan Adiksi Eropa (EMCDDA) mengatakan invasi Rusia ke Ukraina dapat memicu "kerentanan baru" di Eropa pada obat-obatan terlarang yang dipicu perubahan rute penyelundupan. Berpotensi semakin banyak orang yang terekspos dengan narkoba.
Dalam laporan tahunannya lembaga Uni Eropa yang bermarkas di Lisbon itu mengatakan banyak orang yang mengalami "tekanan psikologis parah" selama konflik. Mereka dapat semakin rentan menyalahgunakan narkoba di masa mendatang.
EMCDDA mengatakan para penyeludup narkoba mungkin akan mengubah rutenya untuk menghindari daerah yang dijaga ketat. Sementara layanan kesehatan di negara-negara Eropa terutama yang berbatasan dengan Ukraina semakin terbebani sebab pengguna narkoba yang mengungsi dari konflik membutuhkan bantuan.
"Perawatan lanjutan, bahasa dalam pelayanan, dan penyediaan akomodasi dan bantuan sosial tampaknya akan menjadi syarat utama," kata EMCDDA dalam laporannya, Selasa (14/6/2022).
Mereka menambahkan orang yang bukan pengguna atau pencandu narkoba pun berisiko. Lembaga itu juga mengatakan situasi keuangan yang sulit di Afghanistan selama kekuasaan Taliban pada Agustus lalu dapat mendorong pendapatan dari narkotika menjadi lebih penting dan mengarah pada peningkatkan penyeludupan heroin ke Eropa.
EMCDDA mengatakan walaupun pemerintah Taliban melarang penjualan dan penyeludupan narkoba serta penanaman opium. Tapi hal-hal ini tampaknya tetap berlangsung di Afghanistan.
Kekhawatiran perkembangan internasional dapat mempengaruhi masalah narkoba di Eropa muncul saat penggunaan narkoba sudah kembali ke angka sebelum pandemi. EMCDDA mengatakan terdapat tanda-tanda produksi narkoba meningkat. Mereka meminta negara-negara Eropa meningkatkan pengobatan dan pelayanan rehabilitasi.
"Obat-obatan yang sudah ada tidak pernah semudah ini untuk diakses, dan zat baru yang kuat terus muncul, semua orang dapat terdampak, baik langsung maupun tidak langsung," kata direktur EMCDDA Alexis Goosdeel.
Data terakhir menunjukkan pada tahun 2020 Uni Eropa mencetak rekor dengan menyita 213 ton kokain dan membongkar 350 laboratorium narkoba.