Selasa 14 Jun 2022 17:43 WIB

Muhammadiyah Berharap Film Buya Hamka Sepadan dengan Ketokohannya

Kisah hidup Buya Hamka difilmkan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
 Muhammadiyah Berharap Film Buya Hamka Sepadan dengan Ketokohannya. Foto:  Buya Hamka ketika hendak menyalati jenazah Presiden Soekarno.
Foto: istimewa
Muhammadiyah Berharap Film Buya Hamka Sepadan dengan Ketokohannya. Foto: Buya Hamka ketika hendak menyalati jenazah Presiden Soekarno.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyambut baik film tentang ulama asal tanah Minang yang juga tokoh Muhammadiyah, Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal sebagai Buya Hamka. Dia berharap film Buya Hamka itu sesuai dengan ketokohan Hamka sebagaimana yang dikenal selama ini.

"Harapannya agar kualitas film tersebut benar-benar terbaik agar sepadan dengan ketokohan Hamka sebagai ulama besar yang populer di dalam dan luar negeri," kata dia kepada Republika, Selasa (14/6/2022).

Baca Juga

Menurut Haedar, Buya Hamka memang layak difilmkan karena dia merupakan tokoh bangsa yang besar jasanya. Pemikiran dan kiprahnya luar biasa untuk umat dan bangsa. Bahkan diangkat menjadi Pahlawan Nasional. "Generasi muda dan milenial penting mengenal sosok Hamka untuk menjadi teladan dalam kehidupan," ucapnya.

Haedar menambahkan, ada banyak hal yang penting untuk ditonjolkan dalam film dari sosok Buya Hamka. Di antaranya ialah pemikiran dan sikap keislaman Buya Hamka yang inklusif dan humanis. Juga posisinya sebagai sastrawan yang melintasi semua kalangan secara luas.

Buya Hamka juga merupakan mozaik di dalam dunia politik. Haedar, seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, berpandangan Buya Hamka bukan hanya meletakkan Islam sebagai value, melainkan karakter tasawuf juga menyertainya di dalam poltik, yang disebut sebagai perspektif irfani saat ini.

Karakter tersebut, lanjut Haedar, telah teruji dan terbukti ketika Buya Hamka dipenjara oleh Soekarno dan juga saat Soekarno meninggal. Buya Hamka memaafkan dan menjadi imam shalat jenazah Soekarno. Dia menunjukkan politik tanpa dendam kesumat. Politik damai dan politik yang menghadirkan Islam sebagai dinnul rahmah (agama rahmah).

"Saya seorang muslim yang sejati, otentik, karena itu saya berpancasila. Dan saya seorang pancasilais sejati, dan karena itu juga saya meletakkan Islam sebagai agama yang akan membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia," kutip Haedar menirukan Buya Hamka.

Direktur PT Starvision yang juga produser film Buya Hamka, Chand Parwez Servia menyampaikan, promosi film Buya Hamka akan dilakukan menjelang tayang. Dia mengatakan, film ini sudah dua kali dilakukan preview dan prafinal yang juga melibatkan pimpinan MUI. "Film ini sebagai preseden baik untuk menjadikan film rujukan film berikutnya," ujarnya.

Parwez berharap, film ini dapat apresiasi dari Pemerintah. Selain itu, dia menilai bahwa film ini perlu premier agar bisa dilihat oleh orang-orang tertentu. "Film ini juga bisa menjadi milik bangsa Indonesia. Perlu ada rencana promosi bersama," pungkasnya, seperti dikutip dari laman resmi MUI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement