Rabu 15 Jun 2022 03:10 WIB

Meski Sama-Sama Omicron, BA.4 dan BA.5 Beda Karakter dengan BA.1

Karakter BA.4 dan BA.5 bisa menginfeksi ulang, bahkan memungkinkan terjadi reinfeksi.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5
Foto: Republika
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menjelaskan, subvarian BA.4,  BA.5, dan BA.1 sama-sama termasuk dalam  Covid-19 varian omicron. Namun, karakter BA.4 dan BA.5 ternyata berbeda dengan BA.1.

"BA.4 dan BA.5 termasuk dalam varian omicron meski karakternya berbeda dengan subvarian BA.1 atau omicron yang awal. Subvarian ini, khususnya BA.5 memiliki karakter yang memiliki karakter mudah menginfeksi, baik yang belum atau sudah divaksin Covid-19," kata Dicky saat dihubungi Republika, Selasa (14/6/2022).

Dia mengatakan, BA.4 dan BA.5 mengadopsi mutasi delta L452 yang membuat subvarian ini mudah terikat di reseptor ACE2. Kemudian mudah masuki tubuh manusia untuk menginfeksi dan akhirnya mudah untuk bereplikasi di paru-paru. 

"Ini yang membuat orang yang terinfeksi BA.4 dan BA.5 khususnya yang belum divaksinasi lengkap atau belum terinfeksi bisa mengalami gejala mirip penularan delta. Seperti kehilangan penciuman, rasa lelah, kemudian pada kasus yang berat bisa seperti penularan varian delta," katanya. 

Dicky mengaku, mengetahui hal ini dari Portugal dan negara lain. Selain itu, dia menyoroti, karakter BA.4 dan BA.5 yang bisa menginfeksi ulang, bahkan lebih memungkinkan terjadi reinfeksi. 

"Meski sudah terpapar omicron BA.1, BA.2, BA.3, subvarian ini bisa menginfeksi lagi. Jadi, jangan heran kalau kasus infeksi bisa banyak," katanya.

Kendati demikian, dia melihat Indonesia dalam 2 tahun terakhir memiliki modal imunitas tubuh. Dan ini, yang membuat orang yang terpapar subvarian virus ini akan banyak yang tidak bergejala.

Namun, dirinya juga mengamati dari negara lain, meski cakupan vaksinasi Covid-19 di sebuah negara sudah di atas 80 persen, misalnya Portugal, tetapi populasi lansianya lebih dominan dan tidak memiliki bekal hybrid, bisa berisiko lebih besar. Immunity hybrid adalah terinfeksi delta dan penduduknya sudah divaksin lengkap namun kalau negaranya belum terdampak varian delta maka berisiko lebih besar karena blokadenya (menghalangi BA.4 dan BA.5) tidak memadai.

Kendati demikian, dia mengingatkan, status imunitas tubuh tidak bisa hanya jadi andalan. Harus tetap dikombinasi dengan memakai masker. Artinya, masker menjadi penting.  "Meski tidak diwajibkan, gunakan masker untuk proteksi dan keamanan," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement