REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) pada Senin (13/6/2022) berjanji untuk mempertahankan tekanan diplomatik terhadap Korea Utara "sampai rezim di Pyongyang berubah arah". Hal itu dilakukan di tengah langkah uji coba rudal balistik yang berulang kali dan munculnya kekhawatiran akan potensi uji coba nuklir baru.
"Kecuali dan sampai Korea Utara terlibat dialog dan diplomasi dengan kami, mitra dan sekutu, tekanan itu akan terus berlanjut. Itu akan dipertahankan. Dan sebagaimana mestinya, akan terus ditingkatkan," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken selama konferensi pers bersama dengan sejawatnya dari Korea Selatan Park Jin.
Menlu AS terus memperingatkan Pyongyang agar tidak melakukan apa yang akan menjadi uji coba nuklir ketujuh dalam sejarahnya, dengan mengatakan AS tetap "sangat waspada," dan telah mempersiapkan tanggapannya dalam koordinasi dengan sekutu dan mitranya, terutama mereka yang berada di Korea Selatan dan Jepang.
“Saya dapat mengatakan secara sederhana untuk hari ini bahwa kami sedang mempersiapkan semua kemungkinan, sekali lagi dalam koordinasi yang sangat erat dengan yang lain, terutama dengan Korea Selatan dan Jepang, dan kami siap untuk membuat penyesuaian jangka pendek dan jangka panjang pada postur militer kami sebagaimana mestinya," kata Blinken.
"Sebuah uji coba nuklir akan berbahaya. Itu akan sangat mengganggu kestabilan kawasan. Itu akan secara terang-terangan melanggar hukum internasional yang ditetapkan dalam berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB," tambah dia.
Park mengungkapkan dirinya setuju dengan Blinken, dengan mengatakan "setiap provokasi Korea Utara, termasuk uji coba nuklir, akan disambut dengan tanggapan yang bersatu dan tegas dari aliansi kami dan komunitas internasional."
"Kami menyatakan keprihatinan khusus atas retorika Korea Utara yang semakin agresif terkait penggunaan senjata nuklir taktis," ujar Menlu Korsel.
AS, Korea Selatan dan Jepang pada 8 Juni mengumumkan rencana untuk meningkatkan hubungan keamanan, dan sepakat untuk bersama-sama melawan ancaman dari Korea Utara jika Pyongyang melakukan uji coba nuklir lagi.
China dan Rusia pada 27 Mei memveto sanksi baru Dewan Keamanan PBB yang akan dikenakan pada Korea Utara sebagai pembalasan atas uji coba rudal balistiknya yang terus berlanjut, yang dilakukan dengan melanggar resolusi dewan sebelumnya.