REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran meyakini Israel membunuh dua ilmuwannya dengan meracuni makanan mereka pada Mei lalu. Pernyataan ini dilaporkan The New York Times dengan mengutip pendapat pejabat Iran.
Dilansir dari Al Arabiya, Selasa (14/6/2022), laporan tersebut mengidentifikasi para ilmuwan sebagai Ayoub Entezari, seorang insinyur penerbangan yang bekerja untuk pusat penelitian militer. Kemudian ada Kamran Aghamolaei yang merupakan seorang ahli geologi.
Mereka digambarkan sebagai lulusan universitas terbaik yang muda, sehat, dan atletis. Namun, mereka berdua tiba-tiba jatuh sakit pada akhir Mei dan terus bertambah sakit sebelum berakhir di unit perawatan intensif rumah sakit di dua kota berbeda di Iran.
Mereka berdua meninggal di hari yang berbeda. Tapi Iran menduga ini adalah pembunuhan yang ditargetkan oleh Israel.
Jika kecurigaan Iran terbukti benar, itu akan menjadi bagian dari perang bayangan di mana Israel menargetkan personel militer Iran dan pejabat serta ilmuwan yang terkait dengan program nuklir negara itu. Iran lalu diduga membalas dengan menargetkan warga Israel di luar negeri.
Awal pekan ini, media pemerintah Iran mengumumkan dua anggota divisi kedirgantaraan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) meninggal dalam tugas dalam kasus terpisah, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Kedua kematian itu terjadi setelah pembunuhan Kolonel IRGC Sayad Khodai yang ditembak mati di mobilnya oleh dua penyerang sepeda motor di Teheran pada 22 Mei.
The New York Times mengutip seorang pejabat intelijen Israel yang diberi pengarahan tentang komunikasi yang mengatakan Israel telah memberi tahu para pejabat AS bahwa mereka berada di balik pembunuhan Khodai.