REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Laporan International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) menyatakan pada Selasa (14/6/2022), Korea Utara mungkin telah menghabiskan sebanyak 642 juta dolar AS untuk program nuklirnya tahun lalu. Negara ini pun tampaknya siap untuk menguji senjata baru meskipun sedang berjuang melawan wabah Covid-19 dan krisis ekonomi.
Korea Utara tidak pernah merilis data resmi tentang pengeluaran nuklir atau ukuran persenjataannya. Namun, sejak 2006, Pyongyang telah melakukan setidaknya enam uji coba nuklir dan tampaknya bersiap untuk melanjutkan pengujian untuk pertama kalinya sejak 2017.
Dalam sebuah laporan tentang pengeluaran senjata nuklir global oleh kelompok anti-nuklir berbasis di Jenewa mengatakan, perkiraannya didasarkan pada asumsi bahwa Korea Utara terus menghabiskan sekitar sepertiga dari pendapatan nasional bruto (GNI) untuk militer. Sekitar 6 persen dari anggaran militer itu untuk senjata nuklir.
Perkiraan itu menempatkan Pyongyang sebagai pembelanja terendah dari sembilan negara bersenjata nuklir yang dicakup oleh laporan ICAN. Korea Utara menghabiskan sekitar setengah dari negara terendah berikutnya, Pakistan.
Korea Utara mengatakan memiliki hak berdaulat untuk mengembangkan senjata nuklir untuk pertahanan diri. Senjata itu diperlukan untuk melindungi negaranya dari ancaman internasional. Tidak jelas apakah Pyongyang mengurangi dana untuk program nuklirnya selama pandemi.
Tapi analis, pejabat asing, dan pakar independen yang memantau sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melaporkan, bahwa Pyongyang tampaknya telah maju dengan tujuan dalam mengembangkan dan memperluas persenjataannya. Kondisi ini terlihat dari aktivitas dan konstruksi baru yang diamati di reaktor nuklir utamanya, tambang uranium, dan situs terkait lainnya.
Dalam laporan tahunan yang dirilis minggu ini, Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) memperkirakan, Korea Utara telah mengumpulkan hingga 20 hulu ledak. Negara ini mungkin memiliki bahan fisil yang cukup untuk sekitar 45–55 perangkat nuklir.
"Program nuklir militer Korea Utara tetap menjadi pusat strategi keamanan nasionalnya," kata SIPRI.
Buku putih pertahanan terbaru Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara memiliki sekitar 50 kg plutonium tingkat senjata dan sejumlah besar uranium yang diperkaya. Jumlah ini merupakan perkiraan yang tetap tidak berubah sejak 2016.