BANDUNG -- Laga Persib Bandung kontra Bali United tercoreng dengan adanya flare di akhir laga di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Kota Bandung, Ahad (12/6/2022) lalu. Persib pun dihantui dengan sanksi karena flare adalah benda terlarang di stadion.
Pelatih Persib, Robert Rene Alberts mengakui adanya flare itu merupakan bentuk euphoria dari para penggemar. Mengingat sudah dua tahun tidak ada sepak bola yang berjalan di Kota Bandung dan suporter dilarang menonton sepak bola langsung di stadion.
"Menurut pendapat pribadi saya, suporter Indonesia sudah lebih dari dua tahun tidak berada di stadion. Kami tahu bagaimana suporter di Indonesia itu sangat fanatik terhadap klubnya dan pada sepak bola Indonesia itu sendiri," kata Robert di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Kota Bandung, Rabu (15/6/2022).
Hal serupa pun terjadi di banyak pertandingan di Eropa. Dimana pertandingan penting atau bigmatch diakhir dengan adanya flare yang dinyalakan oleh penonton.
"Tapi kalian jarang melihat pertandingan di sana dihentikan, selama tidak membahayakan, pertandingan tetap berjalan dan saya rasa kami harus berpikir sama," kata Robert.
Robert mengakui suporter tentu sangat senang bisa kembali lagi ke stadion. Namun mengingat dampak dari dinyalakan flare, termasuk bahaya kesehatan, tentu flare tidak boleh masuk stadion.
"Selama mereka tidak membuat situasi menjadi berbahaya, sebaiknya ada toleransi dan pengertian dari situasi itu. Jika membuat situasi jadi berbahaya, tentunya itu berbeda," kata Robert.
Robert pun meminta pengertian suporter atas dampak dari flare ini. Untuk itu, dia meminta pemain untuk mengikut aturan yang berlangsung.
"Ini tentang saling pengertian dari pemainan dan pemahaman terhadap situasi. Tapi mereka (otoritas sepak bola Indonesia) punya aturan dan kami harus mengikuti aturan itu, semua orang harus menerima aturan itu," kata Robert.