REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Lebih dari 29.910 orang di Korea Utara (Korut) menunjukkan gejala demam selama 24 jam terakhir, Rabu (15/6/2022). Data ini diperoleh dari markas besar pencegahan epidemi darurat negara dalam laporan media resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA).
Laporan tersebut tidak memberikan informasi tambahan mengenai kematian. Pasien demam yang meninggal mencapai 72 jiwa pada 11 Juni lalu.
Jumlah total kasus demam sejak akhir April mencapai lebih dari 4,53 juta pada data Selasa (14/6/2022) pukul 18.00 waktu setempat. Lebih dari 4,47 juta telah pulih, dan sekurangnya 52.310 orang dirawat di rumah sakit.
Penghitungan demam harian negara itu telah mengalami tren penurunan setelah memuncak pada lebih dari 392.920 pada 15 Mei. "Pejabat Korea Utara meningkatkan upaya antivirus untuk memeriksa bahkan sedikit kekosongan dari serangan virus di daerah wisata dan tempat-tempat yang berisiko epidemi," kata KCNA dikutip laman Yonhap News Agencies, Rabu (15/6/2022).
Pejabat di sektor manajemen perkotaan juga melakukan langkah-langkah untuk mendesinfeksi limbah dan sampah di seluruh negeri. Menurut penghitungan regional yang dirilis oleh Korean Central Television yang dikelola pemerintah, sejumlah besar kasus demam baru dilaporkan di daerah pertanian, termasuk Provinsi Hwanghae Selatan dengan 6.035 kasus dan Provinsi Hwanghae Utara dengan 3.719 kasus. Pyongyang mencatat 828 infeksi baru.
Para pengamat menyuarakan keprihatinan bahwa wabah virus dapat semakin memperburuk ekonomi rapuh negara miskin itu. Virus juga bakal memperdalam masalah kekurangan pangan kronis di antara 25 juta penduduk nasional.
Pada 12 Mei, Korut mengungkapkan kasus COVID-19 pertamanya setelah mengklaim bebas virus corona selama lebih dari dua tahun. Pada laporan selanjutnya, Korut tidak menyebut Covid-19, namun media pemerintahnya menyebut gejala demam pada warganya.