Rabu 15 Jun 2022 18:55 WIB

Diabetes dan Hipertensi Bentuk Parah Long Covid bagi Penyintas Covid-19

Penyintas Covid-19 dirawat di RS lebih mungkin alami diabetes atau hipertensi.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Penyintas Covid-19 dirawat di RS lebih mungkin alami diabetes atau hipertensi.
Foto: Piqsels
Penyintas Covid-19 dirawat di RS lebih mungkin alami diabetes atau hipertensi.

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Menurut sebuah studi yang dilakukan perusahaan asuransi kesehatan terbesar di Afrika Selatan, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan dirawat di rumah sakit lebih mungkin menderita diabetes atau hipertensi dalam beberapa bulan setelah sakit. Hal itu merupakan sebuah indikasi tingkat keparahan yang disebut long covid.

Kepala Aktuaris Analisis Kesehatan di Discovery Health, Shirley Collie mengatakan bahwa anggota Discovery Health, yang dipantau selama sekitar satu tahun setelah tertular Covid-19, lebih cenderung mencari perawatan untuk dua penyakit kronis tersebut. Risiko rawat inap meningkat 10 persen, atau menjadi 20 persen. Namun, risiko kematian tidak lebih tinggi. Discovery memiliki sekitar 3,7 juta anggota.

Baca Juga

"Kami tidak mengamati adanya peningkatan risiko kematian untuk populasi yang pulih Itu sangat melegakan,” kata Collie dilansir The Straitstimes, Rabu (15/6/2022).

Namun, hal lain yang mereka amati dalam data ini adalah peningkatan risiko diabetes, dan mendapatkan diagnosis diabetes, serta diagnosis hipertensi. Hal itu cukup ditandai dari peningkatan risiko. 

Ilmuwan medis di seluruh dunia telah berjuang untuk memahami long covid, di mana banyak dari mereka memiliki infeksi ringan hadir dengan berbagai gejala selama berbulan-bulan setelah penyakit. Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, satu dari lima orang Amerika memiliki masalah kesehatan yang berkepanjangan akibat Covid-19 setelah pertama kali dites positif.

Data dari survei terhadap 7.000 anggota Discovery Health yang pulih dari Covid-19 akut menunjukkan, pertama risiko 1,38 kali lipat lebih tinggi terkena diabetes dalam dua hingga 12 bulan setelah pulih dari Covid-19. Kedua, risiko 1,11 kali lipat lebih tinggi terkena hipertensi pada periode tersebut. 

Ketiga, risiko masuk rumah sakit 2,8 kali lipat lebih tinggi pada bulan pertama setelah pulih dari infeksi Covid-19 akut. Keempat, risiko 1,5 kali lebih tinggi pada dua hingga 12 bulan setelah pemulihan.

Sebanyak 31 persen dari mereka yang pulih dari Covid-19 mengalami sakit kepala, 14 persen mengalami masalah tidur dan sesak napas, 12 persen melaporkan pusing, 11 persen kurang konsentrasi, dan 10 persen nyeri otot dan sendi. Kemudian, 43 persen melaporkan kesulitan dalam melakukan aktivitas yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. 

Sementara, 30 persen memiliki masalah berkonsentrasi, 20 persen berjalan, 16 persen memiliki masalah dengan penglihatan dan kesulitan dengan pendengaran, komunikasi dan perawatan diri juga dilaporkan.

Collie mengatakan, ada lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan mengenai apakah risiko diabetes dan hipertensi yang lebih tinggi itu karena lebih banyak orang mencari perawatan sehingga lebih mungkin didiagnosis dengan penyakit tersebut. Timnya sedang mempertimbangkan apakah pengobatan kortikosteroid yang diterima beberapa orang pada fase akut Covid-19 dapat memengaruhi hasil. Mendapatkan vaksin Covid-19 mencegah banyak masalah itu.

"Jika Anda mendapatkan vaksin sebelum infeksi Covid-19, kami tidak melihat tren jangka panjang ini. Kemudian, untuk orang yang tidak divaksinasi pada saat infeksi dan kemudian divaksinasi, kami mencatat hampir kembalinya tingkat populasi,” ujar Collie.

Data belum dirilis dan belum ditinjau oleh rekan sejawat. Temuan awal menunjukkan vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer dan BioNTech SE memberikan perlindungan terhadap penyakit parah dari jenis yang baru ditemukan. Afrika Selatan memiliki jumlah kasus dan kematian Covid-19 tertinggi yang tercatat di Afrika. 

Sementara lebih dari 100 ribu orang secara resmi meninggal karena penyakit ini, data kematian berlebih dan jumlah kematian dibandingkan rata-rata historis, menunjukkan bahwa tiga kali lebih banyak orang meninggal karena virus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement