Jumat 17 Jun 2022 04:45 WIB

Pengamat: Erick Thohir Calon Tepat Digandeng Nasdem di Pemilu 2024

Nasdem dinilai tidak akan kesulitan menyosialisasikan Erick kepada pemilih.

Rep: Mabruroh/ Red: Agus raharjo
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (tengah) bersama (dari kiri) Menteri BUMN Erick Thohir, Ketua MPR Bambang Soesatyo, Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel dan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate bersiap mengikuti Silaturahmi Nasional Kita Pancasila di Nasdem Tower, Jakarta, Kamis (2/6/2022). Acara yang digelar dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila tersebut mengusung tema Pancasila Menjawab Tantangan Zaman.
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (tengah) bersama (dari kiri) Menteri BUMN Erick Thohir, Ketua MPR Bambang Soesatyo, Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel dan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate bersiap mengikuti Silaturahmi Nasional Kita Pancasila di Nasdem Tower, Jakarta, Kamis (2/6/2022). Acara yang digelar dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila tersebut mengusung tema Pancasila Menjawab Tantangan Zaman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendominasi suara yang bakal diusulkan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) sebagai calon presiden. Diurutan selanjutnya muncul nama Menteri BUMN Erick Tohir.

Menurut Direktur Eksekutif Indobarometer, M Qodari, akan sulit bagi Nasdem untuk mengusung Anies maupun Ganjar, namun tidak dengan Erik Tohir. Menurutnya, calon yang tepat untuk digandeng oleh Nasdem pada Pemilu 2024 mendatang adalah Erick Tohir.

Baca Juga

“Kalau menurut kalkulasi politik, harusnya Erick Thohir,” kata M Qodari, Kamis (16/6/2022).

Qodari menilai meskipun Ganjar surveinya telah tinggi tetapi dia merupakan kader dari partai banteng, PDIP. Sehingga akan sulit bagi Nasdem untuk mengubah identifikasi Ganjar dari PDIP menjadi Nasdem.

“Nasdem ingin capres memberikan efek ekor jas dari calon presiden kepada partai Nasdem. Nasdem pengen mendukung calon tertentu itu akan berimbas pada suara Nasdem,” kata Qodari.

Masalah kedua jika Nasdem mencalonkan Ganjar adalah akan menciptakan provokasi ke PDIP. Sehingga, PDIP harus mencalonkan nama lain, seperti Puan Maharani. “Kalau itu terjadi maka basis suaranya PDIP sekaligus juga basis suara Ganjar Pranowo di Jateng dan Jatim akan terbelah,” tutur Qodari.

Jika basis suara PDIP terbelah kata dia, ini akan sangat berbahaya bagi partai. Karena nanti secara keseluruhan suara Ganjar dan Puan akan kalah dengan calon dari partai lain.

“Karena dua-duanya ini berebut dari kolam (basis massa PDIP) yang sama, jadi sangat berisiko,” jelasnya.

Sedangkan apabila mencalonkan Anies, lanjut Qodari, Nasdem akan kesulitan untuk mensosialisasikannya kepada para pemilih dari partai Nasdem. Meskipun elektabilitas Anies tinggi, tetapi basisnya adalah massa Islam, sedangkan Nasdem basisnya adalah nasional

“Walaupun (Anies) pernah menjadi deklarator ormas nasional demokrat, tetapi pemilih Anies mayoritas dari kalangan Islam yang notabene kedekatan ideologinya bukan dengan Nasdem, tetapi dengan partai Islam seperti PKS,” jelas dia.

“Jadi lahannya Nasdem ini tidak cocok dengan Anies. Jadi efek coat-tail effect nanti yang diharapkan itu mungkin tidak tercapai, bahkan ada risiko mengalami resistensi. Kan sial sekali kalau caleg atau jurkam Nasdem punya calon presiden untuk didukung tapi malah mengalami penolakan,” tambahnya.

Karena pandangan-pandangan itu, menurutnya, nama yang paling masuk untuk diusung Nasdem adalah Erick Tohir. Ada beberapa alasan kenapa Erick Tohir menjadi sosok yang paling cocok bagi Nasdem.

Pertama, Erick Tohir dekat dengan Presiden Jokowi yang notabene Nasdem adalah pendukung utama dan awal sejak 2014. Sehingga menurutnya, Nasdem tidak akan kesulitan untuk mensosialisasikan Erick kepada pemilih Nasdem yang selama ini sudah disuguhi nama Jokowi.

“Tidak punya problem juga untuk menjual Erick di kalangan nasionalis,” kata dia.

Untuk pemilih dari kalangan Islam pun, menurutnya, Nasdem tidak akan kesulitan untuk menyosialisaikan Erick, karena Erick pun dari keluarga besar NU. “Nah, kemudian ET karena belum punya partai (jadi) dia belum ada warna apa-apa seperti Ganjar warnanya sudah merah. Karena itu tidak mengalami risiko pembelahan suara,” ujarnya.

“Kalau mau ditambahkan kelebihan Erick satu lagi, dia berasal dari pulau Sumatra yang notabene adalah asalnya Pak Surya Paloh Ketua Umum Partai Nasdem,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement