REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pemimpin Jerman, Prancis dan Italia, mendapatkan kritik dari Ukraina karena memberikan dukungan yang dianggap terlalu hati-hati di masa lalu. Sebagai ganti, mereka menawarkan harapan besar keanggotaan Uni Eropa (UE) kepada Kiev dan lebih banyak pasokan senjata.
Ukraina telah lama mengkritik Kanselir Jerman Olaf Scholz atas pengiriman senjata yang lambat dari Jerman dan keengganan untuk memutuskan hubungan ekonomi dengan Rusia. Bulan ini, Ukraina sangat marah kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron karena mengatakan dalam sebuah wawancara, bahwa Rusia tidak boleh dipermalukan. Italia juga telah mengusulkan rencana perdamaian yang dikhawatirkan Ukraina dapat menyebabkan tekanan pada mereka untuk menyerahkan wilayah.
"Kami menghargai dukungan yang telah diberikan oleh mitra, kami mengharapkan pengiriman baru, terutama senjata berat, artileri roket modern, sistem pertahanan anti-rudal," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiyy setelah pembicaraan dengan rekan-rekannya dari Eropa, termasuk Perdana Menteri Italia Mario Draghi.
"Ada korelasi langsung: semakin kuat senjata yang kita dapatkan, semakin cepat kita bisa membebaskan rakyat kita, tanah kita," katanya.
Macron mengatakan Prancis akan meningkatkan pengiriman senjata ke Kiev. Sementara pertemuan para menteri pertahanan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussels menjanjikan lebih banyak senjata untuk Ukraina sambil membuat rencana untuk meningkatkan sayap timur aliansi militer pimpinan Amerika Serikat (AS).
"Ini akan berarti lebih banyak formasi tempur yang dikerahkan NATO ke depan... Lebih banyak pertahanan udara, laut dan dunia maya, serta peralatan dan persediaan senjata yang telah ditempatkan sebelumnya," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam sebuah pernyataan.
Kunjungan ke Ukraina oleh tiga pemimpin UE yang paling berpengaruh telah memakan waktu berminggu-minggu untuk direalisasikan. Para pemimpin yang bergabung dengan Presiden Rumania Klaus Iohannis mengunjungi Irpin, kota yang hancur segera setelah invasi dimulai pada 24 Februari.
Mereka melihat grafiti di dinding yang bertuliskan "Buat Eropa, bukan perang". Usai melihat tulisan itu Macron berkata "Sangat mengharukan melihatnya. Ini adalah pesan yang tepat."
Scholz, Macron, dan Draghi semuanya mengatakan, mereka adalah pendukung kuat Ukraina yang telah mengambil langkah-langkah praktis untuk mengurangi ketergantungan Eropa pada energi Rusia. Mereka pun menyalurkan senjata untuk membantu Kiev.
Selain itu, para pemimpin Eropa itu pun mengisyaratkan bahwa Ukraina harus diberikan status kandidat UE. "Ukraina milik keluarga Eropa," kata Scholz.