REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Dalam video seorang pria berdiri di depan papan tulis di ruang kelas yang penuh, mengajarkan bagian-bagian senapan AK-47. Dia kemudian menyerahkannya kepada seorang anak laki-laki, menunjukkan kepadanya cara mengokang.
Anak-anak lain berkerumun, banyak yang tampaknya tidak lebih berumur 10 tahun, meminta giliran. Video yang bocor secara daring bulan ini memberikan gambaran langka ke dalam indoktrinasi tentara anak oleh kelompok Houthi Yaman.
Penduduk setempat mengkonfirmasi kepada Associated Press, bahwa itu difilmkan dalam beberapa pekan terakhir di provinsi Amran yang dikuasai pemberontak Yaman, barat laut ibu kota, Sanaa. Meskipun ada kesepakatan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghentikan praktik tersebut pada April, Houthi terus merekrut anak-anak ke dalam jajaran militer dalam perang saudara di negara itu.
Sebanyak empat pekerja bantuan dengan tiga organisasi internasional yang beroperasi di daerah yang dikuasai pemberontak mengatakan mereka mengamati upaya Houthi yang intensif untuk merekrut anak-anak dalam beberapa pekan terakhir. Barisan Houthi telah menipis karena kerugian medan perang, terutama selama hampir dua tahun pertempuran untuk kota penting Marib.
Sedangkan dua pejabat Houthi mengatakan, kelompok itu merekrut beberapa ratus anak termasuk usia paling muda berusia 10 tahun selama dua bulan terakhir. Anak-anak itu telah dikerahkan ke garis depan, sebagai bagian dari penumpukan kekuatan yang terjadi selama gencatan senjata yang ditengahi PBB, yang telah berlangsung selama lebih dari dua bulan.
Para pejabat Houthi mengatakan, tidak melihat ada yang salah dengan praktik tersebut. Tindakan ini dapat dilakukan dengan alasan bahwa anak laki-laki berusia 10 hingga 12 tahun sudah dianggap pria.
"Itu bukan anak-anak. Mereka adalah orang-orang sejati, yang harus membela bangsanya melawan Saudi, agresi Amerika, dan membela bangsa Islam,” kata salah satu dari mereka.
Houthi telah menggunakan "kamp musim panas" untuk menyebarkan ideologi agama dan merekrut anak laki-laki untuk berperang. Kamp-kamp semacam itu terjadi di sekolah-sekolah dan masjid-masjid di sekitar bagian Yaman yang dikuasai Houthi, yang meliputi utara dan tengah negara itu dan Sanaa.
Kelompok Houthi di masa lalu secara resmi membantah meminta anak-anak untuk berperang. Namun mereka juga memberikan bukti sebaliknya. Seorang petinggi Houthi Mohammed al-Bukhaiti memposting video pada awal Juni dari kunjungan yang dilakukan ke salah satu kamp di provinsi Dhamar. Video ini menunjukkan puluhan anak berseragam berdiri dalam formasi mirip militer dan menyatakan kesetiaan kepada pemimpin tertinggi gerakan pemberontak Abdul-Malek al-Houthi.