Jumat 17 Jun 2022 13:27 WIB

Sistem Rekrutmen Militer di India Tuai Protes Keras

Protes di India meluas terhadap sistem rekrutmen militer yang baru.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Protes meluas terhadap sistem rekrutmen militer yang baru di India
Foto: AP/Bikas Das
Protes meluas terhadap sistem rekrutmen militer yang baru di India

REPUBLIKA.CO.ID, LUCKNOW -- Polisi di India utara melepaskan tembakan ke udara untuk mendorong kembali massa yang melempar batu pada Kamis (16/6/2022). Pihak berwenang mematikan internet seluler di setidaknya satu distrik untuk mencegah kekacauan lebih lanjut karena protes meluas terhadap sistem rekrutmen militer yang baru.

Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi minggu ini mengumumkan perombakan rekrutmen untuk 1,38 juta angkatan bersenjata India. Perubahan ini bertujuan untuk menurunkan usia rata-rata personel dan mengurangi pengeluaran pensiun.

Tapi calon rekrutan, veteran militer, pemimpin oposisi, bahkan beberapa anggota  Bharatiya Janata Party (BJP) yang dipimpin Modi telah mengajukan keberatan atas proses penerimaan yang berubah. Menurut rekaman video dari mitra Reuters ANI, Di distrik Palwal negara bagian Haryana utara, sekitar 50 km selatan ibu kota New Delhi, banyak orang melemparkan batu ke rumah pejabat pemerintah dan polisi yang melindungi gedung dengan melepaskan tembakan untuk mencegah massa.

"Ya, kami telah melepaskan beberapa tembakan untuk mengendalikan massa," kata seorang pejabat polisi setempat yang menolak disebutkan namanya.

Departemen informasi Haryana menyatakan, internet seluler dihentikan sementara di distrik Palwal selama 24 jam ke depan.

Para pengunjuk rasa di negara bagian Bihar, India timur, membakar kantor BJP di kota Nawada, menyerang infrastruktur kereta api dan memblokir jalan. Demonstrasi menyebar di beberapa bagian negara itu. Menurut pejabat dan pernyataan perkeretaapian, para pengunjuk rasa juga menyerang properti kereta api di Bihar, menurunkan gerbong di setidaknya dua lokasi, merusak rel kereta api, dan merusak sebuah stasiun.

Sistem rekrutmen baru yang disebut Agnipath atau "jalan api" dalam bahasa Hindi ini akan menerima laki-laki dan perempuan usia antara 17 setengah tahun hingga 21 tahun untuk masa jabatan empat tahun di peringkat non-perwira, dengan hanya satu dari seperempat jumlah yang melakukan kontrak itu akan dipertahankan untuk waktu yang lebih lama.

Sebelum aturan itu, anggota tentara telah direkrut oleh angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara secara terpisah. Mereka biasanya memasuki layanan hingga 17 tahun untuk pangkat terendah.

Masa jabatan yang lebih pendek telah menimbulkan kekhawatiran di antara calon rekrutan. "Ke mana kita akan pergi setelah bekerja hanya selama empat tahun?" ujar seorang pemuda dikelilingi oleh sesama pengunjuk rasa di distrik Jehanabad Bihar, mengatakan kepada ANI.

"Kami akan menjadi tunawisma setelah empat tahun mengabdi. Jadi kami membuat jalan macet," ujarnya.

Asap mengepul dari ban yang terbakar di persimpangan jalan di Jehanabad. Pengunjuk rasa meneriakkan slogan dan melakukan push-up untuk memperlihatkan kebugarannya untuk bisa masuk layanan militer.

Bihar dan negara tetangga Uttar Pradesh menyaksikan protes perekrutan untuk pekerjaan kereta api pada Januari tahun ini, menggarisbawahi masalah pengangguran yang terus-menerus di India.

Anggota parlemen BJP dari Uttar Pradesh Varun Gandhi dalam sebuah surat kepada Menteri Pertahanan India Rajnath Singh mengatakan pada Kamis, 75 persen dari mereka yang direkrut di bawah skema tersebut akan menjadi pengangguran setelah empat tahun bertugas. “Setiap tahun, jumlah ini akan meningkat,” kata Gandhi menurut salinan surat yang diunggahnya di media sosial.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement