Jumat 17 Jun 2022 18:39 WIB

Epidemiolog: Waspadai BA.4 dan BA.5, Jangan Longgarkan PPKM

Sub varian ini jauh lebih fit dan mudah menginfeksi karena mengambil mutasi varian de

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga kepada warga di Denpasar, Bali, Selasa (14/6/2022). Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengimbau masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau penguat (booster) sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga kepada warga di Denpasar, Bali, Selasa (14/6/2022). Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengimbau masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau penguat (booster) sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman meminta peredaran omicron subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia harus diwaspadai. Alasanannya, karena sub varian ini jauh lebih fit dan lebih mudah menginfeksi karena mengambil mutasi varian delta.

"Subvarian ini mengambil mutasi delta yang bisa membuat terikat di reseptor  Angiotensin converting enzyme (ACE)2 yaitu L452," ujar Dicky saat dihubungi Republika, Jumat (17/6/2022).

Dicky menambahkan, subvarian ini juga mengandung mutasi delta tipe lainnya yang membuat subvarian ini sangat lincah menghindari respons imunitas atau antibodi di tubuh manusia. Kemudian, akhirnya menurunkan efikasi dalam menyiasati antibodi yang terbentuk, baik dari terinfeksi maupun vaksinasi. 

"Kombinasi inilah yang menyebabkan dia (subvarian BA.4 dan BA.5) mudah bersirkulasi ditengah-tengah negara yang memiliki modal imunitas lebih baik, dibandingkan ketika saat varian delta yang sebelumnya telah terjadi," ujarnya.

Dikatakannya, subvarian BA.4 dan BA.5 bisa menyebabkan reinfeksi atau infeksi ulang. Artinya orang yang sudah pernah terinfeksi varian lainnya sebelumnya ternyata bisa kembali tertular BA.4 dan BA.5. Kabar baiknya, orang yang sudah memiliki imunitas khususnya yang sudah divaksin tiga dosis, atau hybrid yaitu divaksin dua dosis dan terinfeksi varian delta apalagi di usia dewasa muda, bisa menjadi penghalang terpapar virus ini. 

Sehingga, kasus infeksi BA.4 dan BA.5 yang menimpa mereka umumnya tidak bergejala atau bergejala ringan. "Tetapi mereka yang terinfeksi (BA.4 dan BA.5) ini kan bisa menyebabkan orang di sekitarnya bisa tertular ketika orang yang tertular subvarian ini tidak melalukan perilaku seperti tidak memakai masker, aktivitas mobilitas tinggi, dan lebih banyak di dalam ruangan," ujarnya.

Persoalan semakin bertambah karena upaya pemerintah tidak memadai dalam melakukan deteksi yang mengurangi potensi penyebaran dengan misalnya tes, pelacakan, dan pelonggaran yang berlebihan. Menurutnya, pelonggaran ini yang membuat kasus Covid-19 meningkat akibat varian BA.4 dan BA.5. 

"Sebagai gambaran, angka reproduksi BA.4 dan BA.5 bisa 2 kali lipat dibandingkan BA.2. Bahkan, peningkatan kasusnya dalam sepekan bisa 25 persen di kelompok yang sangat rawan dan populasi atau wilayah yang mengabaikan pencegahan kesehatan masyarakat," katanya.

Saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dilonggarkan, Dicky mengingatkan, seharusnya kebijakan ini dipertahankan. "Makanya saya bilang PPKM jangan dulu (dilonggarkan)," katanya. Meskpun tetap dilakukan pelonggaran PPKM, dia mengingatkan, jangan sampai kebablasan karena situasi global selalu mempengaruhi masyarakat.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement