REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pariwisata Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menyebutkan, tingkat hunian hotel pada bulan Mei 2022 mencapai 50,08 persen didominasi wisatawan domestik. Mereka melakukan kegiatan meeting, incentive, convention, exhibition (MICE).
"Meskipun pemerintah sudah memberikan berbagai kelonggaran terhadap wisatawan asing, rata-rata atau sekitar 95 persen lebih hunian hotel masih didominasi wisatawan domestik," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Jumat (17/6/2022).
Menurut dia, tingkat hunian hotel pada bulan Mei 2022 sebesar 50,8 persen itu dinilai masih normal. Namun jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2021, hunian hotel bulan Mei naik signifikan karena tahun lalu masih terjadi puncak pandemi Covid-19 sehingga hunian hotel di bawah 50 persen.
Terkait dengan itu, pihaknya berharap dengan adanya kegiatan MXGP di Samota Kabupaten Sumbawa pada 24-26 Juni 2022, bisa memberikan dampak terhadap okupansi hotel di Kota Mataram. "Harapan kita, okupansi hotel bulan Juni ini bisa mencapai 60-70 persen. Untuk kenyamanan, semua hotel di Mataram sudah memiliki sertifikat CHSE (kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan)," katanya.
Di sisi lain, Denny juga berharap, pembukaan rute penyeberangan Lombok-Bali pulang pergi (PP) dengan menggunakan kapal bisa berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan dan hunian hotel di Mataram. "Rute tersebut akan menghubungkan Senggigi di Kabupaten Lombok Barat dengan Nusa Penida dan Klungkung di Bali. Harapannya, sebelum kembali wisatawan bisa ke Kota Mataram juga," katanya.
Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana sebelumnya juga berharap pembukaan rute itu bisa menjadi peluang untuk menghidupkan dunia pariwisata sekaligus peningkatan ekonomi masyarakat. "Kita harus adaptif dengan perubahan ini, karena itu kebijakan pembukaan rute baru Lombok-Bali, kita juga harus siapkan apa yang bisa kita lakukan dengan potensi yang ada," katanya.
Di sisi lain, wali kota menyakini, dengan kondisi daerah yang aman, nyaman, stabil, serta masyarakat adaptif dengan berbagai perubahan bisa memancing para investor untuk berinvestasi di daerah ini. "Dengan demikian, itu bisa menjadi ruang yang menjanjikan bagi para pelaku usaha di berbagai bidang," katanya.