Sabtu 18 Jun 2022 04:40 WIB

Pangeran MBS akan ke Turki, Hubungan Saudi dan Ankara Mencair?

Hubungan Saudi-Turki sempat memburuk setelah pembunuhan Jamal Khashoggi.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Teguh Firmansyah
Foto selebaran yang disediakan oleh Pengadilan Kerajaan Saudi menunjukkan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman Al Saud bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed al- Nahyan (tidak digambarkan) di Abu Dhabi, UEA, 08 Desember 2021.
Foto: EPA-EFE/BANDAR ALJALOUD/SAUDI ROYAL COURT
Foto selebaran yang disediakan oleh Pengadilan Kerajaan Saudi menunjukkan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman Al Saud bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed al- Nahyan (tidak digambarkan) di Abu Dhabi, UEA, 08 Desember 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman akan mengunjungi Turki pada 22 Juni 2022, seorang pejabat senior Turki mengatakan kepada AFP pada Jumat (17/6), ini sebagai tanda terbaru dari hubungan yang sempat memanas antara kedua negara.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan Raja Arab Saudi Salman dan putra mahkota di Jeddah pada April lalu setelah bertahun-tahun ketegangan atas pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada 2018 di konsulat kerajaan di Istanbul.

Baca Juga

Ini akan menjadi kunjungan pertama putra mahkota ke Turki sejak pembunuhan brutal yang mengejutkan dunia dan memberikan pukulan berat bagi hubungan antara kedua negara.

"Rincian kunjungan akan diumumkan selama akhir pekan," kata pejabat itu seperti dilansir dari laman Middle East Eye, Jumat (17/6/2022).

Kedua negara akan menandatangani beberapa perjanjian selama perjalanan, yang diharapkan pertemuan berlangsung di ibu kota Ankara, tetapi lokasinya belum dikonfirmasi, kata pejabat itu.

Turki memenuhi salah satu tuntutan utama Saudi dalam memperbaiki hubungan pada bulan April dengan memutuskan untuk menyerahkan persidangan Khashoggi ke Arab Saudi, sebuah kasus yang melibatkan 26 tersangka terkait dengan pembunuhannya.

Erdogan sebelumnya menuduh "tingkat tertinggi" pemerintah Saudi memberi perintah, tetapi Ankara sejak itu melunakkan nadanya dengan signifikan.

Sebuah laporan intelijen AS yang dirilis tahun lalu mengatakan putra mahkota telah menyetujui operasi untuk membunuh atau menangkap Khashoggi, seorang kolumnis Washington Post dan Middle East Eye, tetapi pemerintah Saudi telah membantah keterlibatan putra mahkota dan menolak temuan laporan tersebut.

Hubungan Ankara-Riyadh memburuk secara signifikan setelah pembunuhan itu, tetapi konsensus regional yang luas muncul yang telah membawa keduanya lebih dekat.

"Selama kunjungan Erdogan pada April, presiden dan putra mahkota meninjau hubungan Saudi-Turki dan cara-cara untuk mengembangkannya di semua bidang," kata kantor berita negara Saudi SPA saat itu.

Turki sudah memiliki hubungan yang tegang dengan Arab Saudi karena dukungannya untuk Qatar selama blokade yang dipimpin Riyadh di negara Teluk itu. Hubungan itu kemudian membeku selama tiga tahun setelah pembunuhan Khashoggi.

Arab Saudi menanggapi saat itu dengan boikot tidak resmi terhadap impor Turki, yang memberi tekanan pada ekonomi Turki. Sekarang dengan inflasi tinggi dan krisis biaya hidup setahun sebelum pemilihan presiden, Erdogan mencari dukungan dari negara-negara Teluk.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement