REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER- Pertandingan sepak bola yang merupakan laga perdana Grup C pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII Jawa Timur antara tim Kabupaten Jember melawan kesebelasan Kota Malang di Stadion Notohadinegoro, Kabupaten Jember, Jumat (17/6/2022) diwarnai kericuhan antarpemain. Perkelahian itu terjadi pada menit 42 yang bermula adu mulut dan saling dorong.
Namun mendadak dari arah utara salah satu pemain berlari dan meloncat sambil melayangkan pukulan ke arah kerumunan tim Jember sehingga terjadi aksi balasan. Kericuhan tersebut menyebabkan wasit Bangil Syah Putra dari Kota Batu mengeluarkan tiga kartu merah. Dua kartu merah untuk pemain dari Kabupaten Jember Danang Suprayitno dan Indra Lesmana, sedangkan satu kartu merah diberikan untuk pemain dari Kota Malang yakni Ega Sumitro.
Perkelahian antarpemain tersebut membuat Bupati Jember Hendy Siswanto berdiri dari tempat duduknya di tribun kehormatan sambil mengangkat tangan untuk mencoba ikut menenangkan para pemain. Bahkan ofisial dua tim juga masuk ke tengah lapangan untuk melerai pemain yang bertengkar.
"Pertandingan tadi sangat bagus dan sangat memuaskan, meskipun kami harus kehilangan dua pemain akibat terkena kartu merah," kata pelatih tim kesebelasan Jember M. Rofiq.
Menurutnya tim Jember akan memaksimalkan para pemain yang ada dalam pertandingan selanjutnya meskipun dua pemainnya tidak bisa bertanding. Pertandingan berakhir dengan skor imbang 1-1 untuk kedua tim. Gol dicetak oleh pemain Kabupaten Jember Indra Lesmana Suteja pada menit 37. Sedangkan gol pemain Kota Malang dicetak oleh Alan Nuril pada masa tambahan waktu.
Pelatih tim kesebelasan Kota Malang Edi Sudiarto mengatakan hasil imbang ini sudah luar biasa karena pihaknya harus menyesuaikan lapangan dan pemain Jember yang juga luar biasa. "Meski ketinggalan sampai masa injury time, akhirnya kami bisa menyamakan kedudukan dan itu sangat luar biasa. Pemain-pemain Kabupaten Jember juga luar biasa. Meski mereka kehilangan dua pemain, kami satu, pertandingan masih berjalan luar biasa," katanya.
Saat ditanya tentang kericuhan yang terjadi, ia mengatakan pemain masih muda-muda yakni kelahiran tahun 2000, 2001, 2002 sehingga emosinya kurang terkendali apalagi ini pertandingan perdana. "Melihat pemain-pemain muda itu wajarlah jika ada benturan karena dalam sepak bola tidak mungkin jika tidak ada benturan," ujarnya.