REPUBLIKA.CO.ID, COLOMBO -- Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan negaranya mungkin terpaksa harus membeli minyak dari Rusia. Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press, ia mengatakan akan mencari sumber lain juga, tetapi terbuka untuk membeli lebih banyak minyak mentah dari Rusia.
Dia juga mengatakan akan bersedia menerima lebih banyak bantuan keuangan dari China ketika pemerintah berusaha mengendalikan krisis ekonomi Sri Lanka yang terburuk dalam 70 tahun. Wickremesinghe mengatakan meskipun krisis itu dibuat sendiri oleh Sri Lanka, perang di Ukraina telah memperburuknya. Dia memperingatkan kekurangan pangan di dalam negeri bisa berlangsung hingga 2024.
Sejauh ini, Sri Lanka telah membuat utang ke luar negeri sebesar 52 juta dolar AS. Tetapi telah menangguhkan pembayaran hampir tujuh juta dolar AS yang jatuh tempo tahun ini.
Hanya dua pekan yang lalu, negara kepulauan itu membeli banyak minyak mentah Rusia untuk memulai kembali satu-satunya kilangnya. Perdana menteri juga mengatakan negara itu berusaha mendapatkan minyak dan batu bara dari Timur Tengah, pemasok lamanya.
"Jika kita bisa mendapatkan dari sumber lain, kita akan mendapatkannya dari sana. Kalau tidak (kita) mungkin harus pergi ke Rusia lagi," ujar Wickremesinghe, dilansir dari Independent, Jumat (17/6/2022).
Satu masalah yang mereka hadapi, kata Wickremesinghe, adalah ada banyak minyak yang beredar yang dapat diperoleh kembali secara informal ke Iran atau ke Rusia. “Kadang-kadang kita mungkin tidak tahu minyak apa yang kita beli. Tentu saja, kami melihat Teluk sebagai pasokan utama kami," ujarnya.
"Kami perlu mengidentifikasi proyek-proyek apa yang kami butuhkan untuk pemulihan ekonomi dan mengambil pinjaman untuk proyek-proyek itu, apakah itu dari China atau dari yang lain,” kata Wickremesinghe.
"Ini pertanyaan tentang di mana kita menyebarkan sumber daya? China telah setuju untuk masuk dengan negara-negara lain untuk memberikan bantuan kepada Sri Lanka, yang merupakan langkah pertama. Ini berarti mereka semua harus menyetujui (tentang) bagaimana pemotongan itu dilakukan dan dengan cara apa mereka harus dilakukan," jelasnya.
Berbicara tentang kesulitan yang dihadapi warga negara yang kekurangan uang karena krisis ekonomi, Wickremesinghe mengatakan dia merasa tidak enak “baik sebagai warga negara maupun sebagai perdana menteri."
"Saya biasanya berada di pemerintahan di mana saya memastikan orang makan tiga kali dan pendapatan mereka meningkat. Kami mengalami masa-masa sulit, tapi tidak seperti ini. Saya belum pernah melihat orang tanpa bahan bakar, tanpa makanan," katanya.