REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dan Menteri Luar Negeri Yair Lapid pada Rabu (15/6/2022) membahas penyelidikan pembunuhan jurnalis Palestina Shireen Abu Akleh. Pembahasan segara dilakukan menjelang kunjungan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ke Israel bulan depan.
Dilansir dari Alaraby, Jumat (17/6), Pertemuan antara dua pemimpin Israel itu terjadi di Knesset, untuk mengantisipasi kritik internasional baru atas penanganan Israel atas pembunuhan wartawan veteran sebelum kunjungan Biden.
Abu Akleh ditembak mati pada 11 Mei, saat melaporkan serangan Israel di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki. Menurut banyak laporan saksi mata dan investigasi, Wartawan Al Jazeera dibunuh oleh penembak jitu tentara Israel.
Israel awalnya mengatakan Abu Akleh telah dibunuh oleh gerilyawan Palestina, tetapi segera meralat, dengan mengatakan tidak dapat secara pasti mengatakan apakah dia telah dibunuh oleh tembakan Israel atau Palestina.
Militer mengatakan pihaknya terus menyelidiki pembunuhan itu, tetapi perlu peluru yang membunuh Abu Akleh untuk menentukan siapa yang menembaknya, meskipun panglima militer Israel Aviv Kochavi mengatakan bulan lalu bahwa penyelidikan telah menemukan bahwa tidak ada tentaranya yang sengaja tembak Abu Akleh.
Otoritas Palestina telah menolak untuk menyerahkan peluru tersebut, dengan mengatakan pihaknya tidak mempercayai Israel untuk melakukan penyelidikan yang jujur.
Para senator Amerika Serikat telah menyerukan penyelidikan "transparan" atas kematian dua warga negara AS-Palestina - meskipun para pejabat Amerika Serikat telah mengesampingkan penyelidikan oleh Washington.
Setelah berpekan-pekan berspekulasi, Gedung Putih mengkonfirmasi pada Selasa (14/6/2022) bahwa Biden akan mengunjungi Israel, Tepi Barat Palestina yang diduduki dan Arab Saudi, dari 13-16 Juli.
Pada kunjungan itu, Biden akan "menegaskan kembali komitmen kuat terhadap keamanan Israel" dan memulihkan hubungan Amerika Serikat dengan Palestina, kata seorang pejabat Amerika Serikat.
Sumber: alaraby