REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan Tunis pada Sabtu (18/6/2022) menentang referendum konstitusi baru yang diserukan oleh Presiden Kais Saied. Referendum itu akan memperkuat kekuasaan Saied.
Protes yang dipimpin oleh Abir Moussi, pemimpin Partai Konstitusional Bebas, mencerminkan meningkatnya penentangan terhadap Saied sejak dia merebut kekuasaan eksekutif tahun lalu, membubarkan parlemen dan memerintah dengan dekret dalam sebuah langkah yang oleh penentangnya disebut kudeta.
Ribuan orang berjalan dari Alun-alun Bab Souika di ibu kota menuju Alun-alun Kasbah, mengibarkan bendera Tunisia dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Kami ingin merebut kembali negara kami yang diculik".
Saied sedang berusaha merombak konstitusi untuk memberi kepresidenan lebih banyak kekuasaan, dengan latar belakang ekonomi yang lesu dan kekhawatiran akan krisis keuangan publik. Dia bermaksud memasukkan konstitusi baru ke dalam referendum pada 25 Juli.
Para pendukungnya mengatakan dia menentang kekuatan elite yang ceroboh dan korup, yang telah membuat Tunisia mengalami kelumpuhan politik dan stagnasi ekonomi selama satu dekade. Namun hampir semua partai politik Tunisia telah menolak usulan referendum itu, bersama dengan serikat buruh UGTT yang kuat.