REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan, sesuai dengan kesepakatan dunia, mulai dari protokol Montreal, Rio Summit, Kyoto, Paris, dan Glassgow, dunia membutuhkan transisi energi bersih. Hal ini seperti peralihan ke moda transportasi yang lebih ramah lingkungan, seperti bersepeda, transportasi publik dan kendaraan berbasis energi baru terbarukan seperti kendaraan listrik berbasis baterai.
"Elektro mobilitas dapat membuat transportasi lebih bersih dan lebih murah," ujar Budi Karya, Sabtu (18/6/2022).
Ia mengutip International Energy Agency (IEA) yang dalam laporannya pada tahun 2022 menjelaskan prospek mobil listrik dari tahun ke tahun mengalami kemajuan. Pada 2021, kata Budi, pangsa pasar mobil listrik global tercatat sebesar 8,57%.
"Angka tersebut naik sekitar dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang sebesar 4,11%," ujarnya.
Selain itu, kata Budi, penjualan mobil listrik juga meningkat hingga mencapai 6,7 juta unit pada 2021. Angka ini tumbuh 116,13% dibanding penjualan tahun 2020 yang hanya berjumlah 3,1 juta unit. Begitu pula pada pengembangan pengisi daya untuk kendaraan listrik juga mengalami peningkatan menjadi 1,3 juta pada tahun 2020.
"Kita patut mencontoh Norwegia, salah satu negara penghasil minyak bumi yang memiliki kesadaran lingkungan. Seperti yang tertulis dalam Norwegia Road Federation (2022), Populasi mobil listrik di Norwegia bisa terbilang cukup banyak, total dominasi mobil listrik di sana adalah 83,7% dari total keseluruhan mobil yang terdaftar," kata dia.
Budi mengatakan, pemerintah terus berupaya dalam meningkatkan Elektomobilitas di Indonesia, salah satunya melalui Perpres Nomor 55 Tahun 2019. Perpres tersebut berisi tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Hal ini, kata Budi, menjadi penanda komitmen pemerintah dalam mendorong pengembangan industri mobil listrik di dalam negeri.
Untuk mendukung net zero emission di sektor transportasi darat, kata Budi, Kementerian Perhubungan melakukan kebijakan ASI (Avoid, Shift, Improve). Pemerintah juga mengembangkan penggunaan kereta listrik, bis listrik, innaportnet, electric vehicle (EV), green airport AP 1, serta green port Teluk Lamong.
"Di samping itu, pemerintah juga bekerjasama dengan INKA untuk pengembangan bis listrik serta kerjasama dengan Kementerian ESDM dalam pelaksanaan konversi motor konvensional menjadi motor listrik," ujarnya.
Budi mengatakan, tren mobilitas global menunjukkan pergeseran secara perlahan dari kendaraan konvensional menuju elektrifikasi. Menurut Budi, Indonesia memiliki potensi dalam memproduksi kendaraan listrik.
"Salah satu kunci agar Indonesia dapat bersaing di persaingan industri kendaraan listrik global adalah dengan menciptakan ekosistem yang baik bagi pengembangan kendaraan listrik," ujarnya.
Budi menjelaskan, Indonesia merupakan penghasil Nikel terbesar di dunia. Nikel sendiri merupakan komponen penting untuk baterai kendaraan listrik.
"Kita harus memanfaatkan momen ini dengan baik, kita harus bisa menjemput peluang bisnis dan menjadikan Indonesia basis produksi baterai kendaraan listrik," ujar dia.
Untuk mencapai transportasi yang efisien, berkelanjutan dan ramah lingkungan, kata Budi, maka inovasi harus terus diperkuat. Ke depan pihaknya berharap dapat bersama-sama dan saling mendukung dengan kolaborasi dan sinergi PentaHelix antara universitas, pemerintah, swasta, masyarakat komunitas, dan media Yaitu dengan UGM didukung para alumninya menjadi pelopor perguruan tinggi untuk berinovasi.
"Pemerintah menyiapkan kemudahan regulasinya, swasta mendukung, masyarakat menggunakannya, dan disosialisasikan dengan baik oleh media, sebagai Langkah kongkrit guna mendorong produksi industri kendaraan listrik Indonesia," kata dia.