Ahad 19 Jun 2022 16:20 WIB

NATO Ingatkan Perang di Ukraina Dapat Berlangsung Lama

Pasokan senjata canggih akan meningkatkan peluang membebaskan Donbas dari Rusia

Rep: Fergi Nadira B./ Red: Hiru Muhammad
Dalam foto yang disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina pada hari Ahad, 29 Mei 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berjalan dengan barang-barangnya saat ia mengunjungi wilayah Kharkiv yang dilanda perang.
Foto: AP/Ukrainian Presidential Press Off
Dalam foto yang disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina pada hari Ahad, 29 Mei 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berjalan dengan barang-barangnya saat ia mengunjungi wilayah Kharkiv yang dilanda perang.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memperingatkan bahwa perang di Ukraina dapat berlangsung lama. Hal ini diungkapkan  Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg ketika Rusia semakin meningkatkan serangannya usai rekomendasi Uni Eropa tentang keanggotaan Kiev.

"Kita harus bersiap menghadapi kenyataan bahwa itu bisa memakan waktu bertahun-tahun. Kita tidak boleh menyerah dalam mendukung Ukraina," kata Stoltenberg kepada Germany Bild Newspaper pada Ahad (19/6/2022).

Baca Juga

"Bahkan jika biayanya tinggi, tidak hanya untuk dukungan militer, juga karena kenaikan harga energi dan pangan," imbuhnya.

Stoltenberg mengatakan pasokan persenjataan mutakhir untuk pasukan Ukraina akan meningkatkan peluang untuk membebaskan wilayah timur Donbas dari kendali Rusia. Sementara itu Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga menyinggung tentang persiapan bakal terjadinya perang yang panjang.

Menurutnya, hal ini berarti memastikan Ukraina menerima senjata, peralatan, amunisi, dan pelatihan lebih cepat daripada penyerang. "Waktu adalah faktor vital," tulis Johnson dalam sebuah opini di Sunday Times London. "Semuanya akan tergantung pada apakah Ukraina dapat memperkuat kemampuannya untuk mempertahankan tanahnya lebih cepat daripada Rusia dapat memperbarui kapasitasnya untuk menyerang."

Ukraina menerima dorongan signifikan pada Jumat (17/6/2022) ketika Komisi Eropa merekomendasikannya untuk status kandidat. Keputusan ini memang diharapkan akan disetujui oleh negara-negara Uni Eropa pada pertemuan puncak minggu ini.  Ini juga akan menempatkan Ukraina di jalur untuk mewujudkan aspirasi yang terlihat di luar jangkauan sebelum invasi Rusia 24 Februari, bahkan jika keanggotaan bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Sementara itu, di medan perang, militer Ukraina melaporkan serangan intensif Rusia terhadap posisinya di kota-kota timur Kharkiv, Izyum, dan Severodonetsk. Wilayah Severodonetsk merupakan target utama dalam serangan Moskow untuk merebut kendali penuh atas wilayah timur Luhansk di wilayah Donbas.

Wilayah itu dilaporkan berada di bawah tembakan artileri berat dan roket. Namun militer Ukraina mengatakan, seragan Rusia untuk membangun kendali penuh atas kota itu tetap tidak berhasil.

Namun, pihak militer Ukraina mengakui bahwa pasukannya mengalami kemunduran militer di pemukiman dekat Metolkine. "Sebagai akibat dari tembakan artileri dan serangan, musuh berhasil sebagian di desa Metolkine, mencoba untuk mendapatkan pijakan," kat Militer Ukraina dalam sebuah posting Facebook pada Sabtu malam seperti dikutip laman Aljazirah, Ahad.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan dia telah mengunjungi tentara di garis depan selatan di wilayah Mykolaiv, sekitar 550 km selatan Kiev. "Saya berbicara dengan pembela kami, militer, polisi, Garda Nasional," katanya dalam sebuah video di aplikasi pesan Telegram pada Ahad ang tampaknya telah direkam di kereta yang melaju.

"Suasana hati mereka terjamin: mereka semua tidak meragukan kemenangan kita," kata Zelenskiy. "Kami tidak akan memberikan selatan kepada siapa pun, dan semua milik kami akan kami ambil kembali."

Zelenskiy sering berada di Kiev sejak Rusia menginvasi, meskipun dalam beberapa pekan terakhir ia telah melakukan kunjungan mendadak ke Kharkiv dan dua kota timur dekat pertempuran. Salah satu tujuan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam memerintahkan pasukan ke Ukraina adalah untuk menghentikan ekspansi ke timur dari Aliansi Perjanjian Atlantik Utara dan menjaga tetangga selatan Moskow di luar lingkup pengaruh Barat.

Namun perang yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat kota menjadi puing-puing hingga membuat jutaan orang mengungsi, memiliki efek sebaliknya. Yakni meyakinkan Finlandia dan Swedia untuk bergabung dengan NATO dan membantu membuka jalan bagi tawaran keanggotaan UE untuk Ukraina.

 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement