Ahad 19 Jun 2022 17:55 WIB

Pengamat: Nasdem Ingin Jadi 'Game Changer' di Pilpres 2024

Pengamat menilai Partai Nasdem ingin menjadi game changer di Pilpres 2024.

Red: Bilal Ramadhan
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menyampaikan pidato dalam penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Nasdem di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Jumat (17/6/2022). Pengamat menilai Partai Nasdem ingin menjadi game changer di Pilpres 2024.
Foto: Prayogi/Republika.
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menyampaikan pidato dalam penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Nasdem di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Jumat (17/6/2022). Pengamat menilai Partai Nasdem ingin menjadi game changer di Pilpres 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Rajamuda Bataona menilai Partai Nasdem ingin menjadi pengubah permainan (game changer) dalam pertarungan politik pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Dari sisi kebatinan, taktik politik Nasdem lewat rakernas dapat dibaca bahwa NasDem ingin menjadi game changer pada Pilpres 2024," kata Rajamuda.

Baca Juga

Ia mengatakan hal itu berkaitan langkah politik Partai Nasdem yang mengusulkan tiga nama untuk menjadi Calon Presiden Republik Indonesia Periode 2024-2029 dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Nasdem di Jakarta pada Jumat (17/6).

Ketiga nama itu, yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Rajamuda mengatakan langkah ini menunjukkan bahwa Nasdem sebenarnya sedang mencoba memainkan kartu truf-nya sebagai partai antitesis dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Hal ini bisa terbaca dari gonjang ganjing politik selama ini di mana dalam banyak isu, katanya, Partai Nasfem selalu berdiri pada posisi yang berbeda dengan PDIP baik dari aspek cara pandang maupun dari sisi pilihan politik. Nasdem dan PDIP, kata dia, merupakan mitra koalisi yang dekat tapi jauh. Ibarat minyak dan air yang sulit sepaham.

"Saat di Istana Negara ketika jamuan makan bersama Presiden Joko Widodo beberapa hari lalu, bahasa tubuh Surya Paloh (Ketua Umum Partai Nasdem) dan Megawati (Ketua Umum PDIP) tidaklah akrab," katanya.

Pengajar investigatif news dan jurnalisme konflik di Fisip Unwira Kupang ini mengatakan kalimat Surya Paloh dalam rakernas menegaskan bahwa jangan ada partai yang merasa sangat berkuasa, menang sendiri, dan sombong adalah pesan verbal yang bermakna jelas bahwa posisi mereka sebagai partai antitesis.

Di sisi lain, ujar dia, saat Nasdem sedang membuat kegiatan rakernas, PDIP juga mengumpulkan semua kepala daerah di Lenteng Agung Jakarta untuk mengikuti sekolah partai termasuk Ganjar Pranowo.

Secara psikologis, ujarnya, ini merupakan upaya adu kekuatan, saling tekan, dan sekaligus unjuk soliditas sehingga hampir semua pernyataan Surya Paloh di forum rakernas langsung dibantah Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

"Publik tentu cerdas membaca ini sebagai rivalitas dua sahabat koalisi pemerintah yang memang sejak Pemilu 2019 sudah saling berkompetisi. Sudah seperti air dan minyak," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement