REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan menggencarkan vaksinasi guna mengantisipasi penyebaran Covid-19 jenis Omicron subvarian BA.4 dan BA.5.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulsel Bachtiar Baso di Makassar, Ahad (19/6/2022), mengatakan, agar kasus Covid-19 tidak melonjak, Dinkes Sulsel secara terus menerus mengingatkan masyarakat supaya tetap menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi harus dilengkapi. "Tidak ada tawar menawar soal vaksinasi. Kita harus melakukan vaksinasi secara lengkap, yakni vaksinasi dosis pertama, kedua dan penguat (booster). Itu adalah satu-satunya cara untuk menangkal Covid-19 dan taat prokes," ujarnya.
Bachtiar menyebut kasus Covid-19 di Sulsel masih terkendali, tapi virus omicron tetap harus diwaspadai. Sebab tidak bisa dipastikan dan dijamin virus tersebut tidak masuk ke wilayah Sulsel, apalagi banyak ditemukan di Jawa.
Omicron memiliki gejala yang lebih ringan dibanding varian Delta, termasuk pada tingkat kematian. "Kita antisipasinya, pertama tingkatkan cakupan vaksinasi, karena di Jawa yang sudah bagus langkah pencegahannya bisa kena juga, cuma masih bagus Sulsel, karena angka kematian tidak ada," ujarnya.
Sebagai langkah menggencarkan vaksinasi, Pemprov Sulsel mengeluarkan kebijakan untuk tidak mencairkan tunjangan ASN di daerah itu jika belum melakukan vaksinasi penguat.
"Kalau tidak vaksin dosis ketiga, dia tidak bisa terima tunjangan. Semua yang ada di kartu keluarga kita wajibkan untuk vaksin dosis ketiga," katanya.
Begitu juga bantuan langsung tunai (BLT) bagi kalangan petani dan masyarakat juga diwajibkan untuk vaksinasi dosis ketiga terlebih dahulu. Langkah ini didukung oleh Kapolda dan perangkat hukum lainnya untuk mempertegas percepatan vaksinasi.
Saat ini, Satgas Sulsel mencatat vaksinasi dosis ketiga di provinsi itu mencapai 10,54 persen dari target 30-50 persen dari sasaran yang harus dicapai di akhir tahun 2022. Sementara vaksinasi dosis pertama ditarget 95 persen dan dosis kedua 90 persen hingga akhir tahun.
Menurut Kemenenterian Kesehatan, kata Bachtiar, kemungkinan besar puncak Omicron BA.4 dan BA.5 ini pada Juli hingga Agustus 2022.
Terkait kebijakan terbaru, khususnya pembatasan gerak, ia mengaku sampai hari ini tidak ada pembatasan. "Kita lihat Sulsel masih dalam kondisi baik. Namun demikian, kita mengimbau masyarakat untuk segera vaksin, termasuk dosis penguat dan meningkatkan protokol kesehatan," tambah Bachtiar.
Pakar Epidemiologi dari Universitas Hasanuddin, Prof Ridwan mengatakan varian baru omicron BA. 4 dan BA.5 hampir sama dengan varian sebelumnya, yakni memiliki daya tular yang lebih tinggi dari varian sebelumnya. Tetapi, tingkat patogenitasnya masih lebih rendah dari varian sebelumnya.
"Peluang penularannya tetap ada. Apalagi, tiga pekan terakhir kasus nasional meningkat, khususnya di Jawa," ujarnya.
Prof Ridwan menyebut langkah-langkah untuk mengontrol penularannya adalah tetap disiplin protokol kesehatan.