REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri menjanjikan tetap mengandalkan para karyawan dan siap memperkuat kualitas sumber daya manusia. Ini dilakukan meski nantinya perusahaan mulai bergantung pada digitalisasi dalam melayani para nasabah.
"Tidak ada pengurangan karyawan, mereka bisa diberdayakan ke unit kerja yang membutuhkan," kata SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi dalam temu media di Labuan Bajo, NTT, Ahad (19/6/2022).
Thomas mengatakan proses digitalisasi akan menjadi keniscayaan dalam layanan perbankan di masa depan, seiring dengan peningkatan jumlah generasi muda yang melek teknologi.
"Mereka akan tetap dikaryakan agar dapat lebih menjual lagi, melalui pelatihan yang sesuai dengan perkembangan digital," katanya.
Menurut dia, tanda-tanda percepatan layanan digital tersebut telah terlihat pada peningkatan penggunaan metode pembayaran non-tunai seperti QRIS, seiring dengan adanya pandemi. "Shifting ke digital by nature akan membuat penggunaan ATM akan menurun. Sekarang saja QR sudah mulai catch up pembayaran melalui mesin EDC, karena lebih cepat dan murah," katanya.
Bank Mandiri juga akan terus mendorong layanan digital tersebut. Salah satunya melalui aplikasi super Livin' By Mandiri yang menyediakan berbagai kemudahan layanan nontunai.
Livin' Mandiri ini sudah mampu melayani pengguna hingga 700 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai lebih dari Rp 880 triliun sejak diluncurkan mulai Oktober 2021. Realisasi tersebut sudah lebih tinggi bila dibandingkan transaksi ATM yang membukukan 429 juta transaksi atau senilai Rp 333 triliun pada periode Januari-Mei 2022.
Thomas memastikan peningkatan jumlah pengguna Livin' By Mandiri ini selaras dengan tren transaksi masyarakat pada masa mendatang yang akan semakin terdigitalisasi. "Dalam mengembangkan layanan digital, Bank Mandiri berupaya menghadirkan produk layanan digital yang bersifat customer centric dan inovatif sehingga dapat secara cepat dan tepat menghadirkan fitur serta benefit kepada nasabah," katanya.