Senin 20 Jun 2022 12:45 WIB

Menlu AS Beri Selamat kepada Presiden Terpilih Kolombia

Terpilihnya Petro diharapkan lebih memperkuat hubungan AS-Kolombia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Mantan pemberontak Gustavo Petro dan pasangannya Francia Marquez, merayakan di depan pendukungnya setelah memenangkan pemilihan presiden putaran kedua di Bogota, Kolombia, Ahad, 19 Juni 2022.
Foto: AP Photo/Fernando Vergara
Mantan pemberontak Gustavo Petro dan pasangannya Francia Marquez, merayakan di depan pendukungnya setelah memenangkan pemilihan presiden putaran kedua di Bogota, Kolombia, Ahad, 19 Juni 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengucapkan selamat kepada politisi sayap kiri Gustavo Petro yang memenangi pemilihan presiden Kolombia. Petro, mantan gerilyawan, berhasil mengalahkan raja konstruksi Rodolfo Hernandez dalam pemilihan putaran kedua pada Ahad (19/6/2022) waktu setempat. 

"Kami berharap dapat bekerja sama dengan presiden terpilih Petro untuk lebih memperkuat hubungan AS-Kolombia dan menggerakkan (kedua) negara kita menuju masa depan yang lebih baik," kata Blinken dalam pernyataan dari Departemen Luar Negeri AS.

Baca Juga

Petro meraup 50,5 persen suara, mengalahkan pesaingnya dengan selisih lebih dari 700 ribu suara untuk menjadi presiden pertama Kolombia dari kelompok sayap kiri. Dia juga berjanji akan melakukan perubahan sosial dan ekonomi secara signifikan.

Kemenangan Petro yang juga seorang mantan senator dan walikota Bogota ini menandai perubahan drastis perpolitikan presiden negara yang lama memarjinalkan sayap kiri karena asosiasinya dengan konflik bersenjata. Petro sendiri pernah menjadi pemberontak.

Ia sempat bergabung dalam gerakan M-19 yang kini sudah bubar dan mendapatkan pengampunan setelah dipenjara karena keterlibatannya dengan kelompok itu. Dalam pidatonya Petro yang berusia 62 tahun mengajak masyarakat Kolombia untuk bersatu.

Ia mengatakan semua anggota dari partai oposisi akan disambut di istana kepresidenan. "Untuk membahas masalah-masalah Kolombia," katanya.

"Mulai saat ini pemerintah akan tidak akan pernah ada lagi persekusi politik atau hukum, hanya akan ada saling menghargai dan dialog," tambahnya.

Ia mengatakan akan mendengarkan tidak hanya mereka yang mengangkat tangan. Tapi juga "mayoritas bungkam petani, suku pribumi, dan perempuan muda."

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement