Senin 20 Jun 2022 17:48 WIB

3 Musuh Umat Islam Saat Ini dan Pandangan Keliru yang Menyertainya 

Dai Turki ungkap tiga musuh umat Islam yang mesti dilawan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi belajar melawan kebodohan. Dai Turki ungkap tiga musuh umat Islam yang mesti dilawan
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Ilustrasi belajar melawan kebodohan. Dai Turki ungkap tiga musuh umat Islam yang mesti dilawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dai Turki sekaligus Presiden Hayrat Foundation Indonesia, Cemal Sahin, menyampaikan pandangannya tentang posisi zakat di dalam masyarakat Muslim. 

Dia mengatakan, setiap Muslim harus menyadari ada tiga musuh di zaman sekarang. Ketiganya ialah kemiskinan, kebodohan, dan keinginan mendapat pengakuan manusia. 

Baca Juga

Sahin menyampaikan, Islam tidak hanya bicara soal syukur dan sabar di dunia. Islam tidak hanya bicara bagaimana seseorang miskin perlu berupaya menjadi kaya di dunia demi kebahagiaan di akhirat. Pandangan ini tentu benar. Namun, penting untuk memahami bahwa Islam ingin setiap Muslim menikmati kebahagiaan di dunia dan akhirat. 

"Jadi tidak hanya kebahagiaan di dunia saja, tetapi juga kebahagiaan dunia dan akhirat," tuturnya dalam agenda Konferensi Internasional Manajemen Dakwah 2022 yang digelar UIN Jakarta secara daring, Senin (20/6/2022). 

Sahin mengungkapkan, saat ini terdapat pandangan yang keliru, yaitu menjalankan syariat Islam untuk meraih kebahagiaan di dunia, atau hanya untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Padahal dia menekankan, Islam mengajarkan untuk mengejar kebahagiaan di dunia dan akhirat. 

Allah SWT, jelas Sahin, menciptakan manusia dalam keadaan yang beragam. Ada yang kaya, miskin, dan menengah. Meski demikian, kekayaan bukan berarti kemuliaan dari Allah SWT dan kemiskinan bukan berarti suatu kehinaan dari Allah SWT. "Dua-duanya adalah ujian bagi kita," ujarnya. 

Sahin memaparkan, kekayaan yang digunakan dengan baik dalam menjalankan syariat Islam, bisa memperkuat hubungan persaudaraan di antara sesama Muslim. Caranya adalah dengan zakat, karena zakat merupakan jembatan dalam Islam. Artinya, ada dua golongan yang dijembatani melalui zakat, yaitu orang miskin dan orang kaya. 

"Rasa hormat dari orang miskin kepada orang kaya dan kasih sayang dari orang kaya kepada orang miskin, itu bisa terjadi dengan jembatan zakat. Maka, zakat ini berpengaruh besar untuk memperkuat hubungan persaudaraan di antara masyarakat Islam," tuturnya. 

Sahin juga menyinggung soal bantuan yang diberikan kepada masyarkat miskin dalam bentuk sembako. Menurut dia, bantuan berupa sembako memang ada manfaatnya tetapi akan cepat habis dan ini bukan tujuan zakat infak sedekah (ZIS). ZIS bukan hanya ditunaikan untuk memenuhi kebutuhan sementara masyarakat miskin.

Hal ini sebab, yang terbaik di sisi Allah SWT adalah bagaimana bisa selama-lamanya membantu saudara Muslim yang lain. Misalnya dengan membantu mendirikan pabrik yang sifatnya berkelanjutan, memberikan apa yang dibutuhkan untuk kelancaran aktivitas para petani maupun para peternak. 

"Jadi sebagai lembaga dakwah, harus dipikirkan bagaimana proyek zakat dan dakwah bisa mendukung masyarakat secara berkelanjutan. Bukan dalam bentuk sembako saja," tuturnya. 

Ketika setiap nikmat yang tidak menjadikan seorang hamba semakin dekat kepada Allah SWT, terang Sahin, maka itu bukan nikmat melainkan bencana. Orang kaya jangan takut menjadi miskin dan jangan sombong. Sedangkan orang miskin jangan pernah merasa sedih. Karena miskin dan kaya adalah sunnatullah yang pasti ada dalam setiap negara. 

"Dakwah tidak hanya menukil ayat Alquran dan hadits kepada mereka yang memerlukan. Tidak. Dakwah juga bagaimana kita menyelesaikan masalah mendasar di dunia Islam, yaitu memberantas kemiskinan di dunia Islam. Inilah dakwah dan ini menjadi kewajiban yang mendesak," ungkapnya. 

Masalahnya, di mata Sahin, dunia Islam di era sekarang ini mengabaikan ZIS sebagai syiar Islam. Padahal, di masa awal Islam, syiar Islam tentang ZIS begitu hidup di dalam tatanan masyarakat sehingga banyak yang berlomba-lomba untuk menunaikannya. Allah SWT berfirman: 

وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ ۚ فَمَا الَّذِينَ فُضِّلُوا بِرَادِّي رِزْقِهِمْ عَلَىٰ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَهُمْ فِيهِ سَوَاءٌ ۚ أَفَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ

"Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezekinya kepada para hamba sahaya yang mereka miliki, sehingga mereka sama-sama (merasakan) rezeki itu. Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?" (QS An-Nahl ayat 71)    

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement