Senin 20 Jun 2022 21:57 WIB

Wagub DKI: Penanganan Polusi Jakarta tak Bisa Satu Pihak

Polisi udara masih menjadi PR sama seperti halnya banjir dan macet.

Deretan gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Jumat (17/6/2022). Berdasarkan data IQAir pada Jumat (17/6) pukul 11:30 WIB indeks kualitas udara Jakarta berada pada angka 158 AQI US sementara konsentrasi konsentrasi PM2.5 di udara Jakarta saat ini 14 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan WHO yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota termasuk kategori tidak sehat.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Deretan gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Jumat (17/6/2022). Berdasarkan data IQAir pada Jumat (17/6) pukul 11:30 WIB indeks kualitas udara Jakarta berada pada angka 158 AQI US sementara konsentrasi konsentrasi PM2.5 di udara Jakarta saat ini 14 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan WHO yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota termasuk kategori tidak sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan penanganan polusi udara di Ibu Kota tidak bisa diselesaikan satu pihak. Penanganan ini butuh upaya dan kontribusi banyak sektor lainnya."Tidak bisa secara sepihak atau parsial, semua harus komprehensif, program itu disusun," kata Riza di Jakarta, Senin.

Menurut dia, program "langit biru" yang dicanangkan Pemprov DKI Jakarta membutuhkan waktu dan tidak mudah serta melibatkan semua pihak.

Baca Juga

Adapun program dalam mendukung langit biru itu, kata dia, juga harus dilaksanakan komprehensif.Program langit itu di antaranya pengurangan kendaraan pribadi, uji emisi, hingga menggenjot ruang terbuka hijau. Tak hanya itu, pengendalian pencemaran lingkungan oleh perusahaan juga dilakukan komprehensif.

Riza mengakui soal polusi udara masih pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan. Sama halnya dengan masalah macet dan banjir yang menjadi PR.  Meski upaya mengendalikan permasalahan itu terus dilakukan.

"Tentang polusi udara program langit biru itu memang tidak mudah, perlu waktu, tidak bisa sepihak," ucapnya.

Sejak beberapa hari terakhir kualitas udara di Jakarta memburuk berdasarkan pengamatan lembaga data kualitas udara, IQ Air.Untuk indeks kualitas udara pada Senin pagi mencatat indeks 193 dengan konsentrasi polutan PM 2.5 mencapai 27,4 kali dari nilai pedoman kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Adapun konsentrasi PM2.5 di Jakarta berada pada angka 136,9 mikrogram per meter kubik.IQ Air bahkan mencatat Jakarta beberapa kali berada di posisi pertama kota di dunia dengan polusi udara tidak sehat alias buruk.

Sebelumnya, pada Rabu (15/6) kualitas udara Jakarta juga menduduki posisi pertama di dunia dengan indeks kualitas udara tidak sehat mencapai indeks 188.Riza Patria saat itu menyatakan volume kendaraan yang meningkat dinilai memicu kualitas udara Ibu Kota menjadi buruk."Memang Jakarta ini cukup padat. Kendaraan kembali normal, ada peningkatan polusi," kata Riza.

Sedangkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI mencatat pada Rabu (15/6) suhu udara yang rendah dan tingkat kelembaban yang tinggi membuat akumulasi polutan sehingga mendorong polusi udara di Ibu Kota."Akibatnya polutan pencemar udara terakumulasi di lapisan troposfer," kata Humas DLH DKI Yogi Ikhwan di Jakarta, Rabu (15/6).

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement