REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dubes RI untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi meluncurkan Jurnal Khittah, karya akademis Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia.
Hadir dalam peluncuran, KH Ulil Abshar Abdalla, Ketua PP Lakspesdam NU, para Home Staff, dan mahasiswa Indonesia di Wisma Duta Besar RI untuk Tunisia (20/6/2022).
"Saya sungguh berbahagia, karena Jurnal Khittah, karya ilmiah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia terbit perdana dan diluncurkan malam ini, dihadiri langsung KH Ulil Abshar Abdalla, Ketua PP Lakspedam NU", ujar Dubes RI yang akrab dikenal sebagai Cendekiawan Nahdlatul Ulama.
Dia menambahkan, mahasiswa Indonesia di Tunisia sejatinya berproses menjadi ulama, cendekiawan, dan pemimpin di masa mendatang.
"Saya haqqul yaqin, dari Tunisia ini akan lahir kader-kader muda unggulan dan tangguh, karena jalan untuk itu sudah terbentang. Sejak bertugas sebagai Duta Besar RI, saya mendorong agar mahasiswa mempunyai budaya literasi yang tinggi. Di antaranya dengan meningkatkan budaya membaca dan budaya menulis. Melalui jurnal ilmiah yang diluncurkan malam ini, saya berharap akan lahir karya-karya besar dari Tunisia", ujar Dubes RI yang juga banyak menulis buku dan kolom di berbagai media massa.
Sementara itu, Ketua PP Lakpesdam NU, KH Ulil Abshar Abdallah, dalam orasi ilmiahnya pada peluncuran Jurnal Khittah menegaskan perlunya para mahasiswa Indonesia di Tunisia, khususnya para kader muda NU untuk menghidupkan Gus Dur dengan cara membaca pemikiran-pemikiran kontemporer yang tersedia di Tunisia ini.
"Gus Dur mengajarkan pada kita semua, bahwa kita harus membaca khazanah tradisi, tetapi jangan lupa, kita juga harus membaca khazanah pemikiran kritis kontemporer. Ini juga dilakukan oleh Dubes RI untuk Tunisia selama kuliah di Mesir dulu," ujar cendekiawan Nahdlatul Ulama ini.
Di samping itu, menurut Gus Ulil, mahasiswa Indonesia di Tunisia harus mampu menerjemahkan pemikiran keislaman para ulama Tunisia dalam konteks Indonesia.
"Tunisia ini dikenal dengan maqashid al-Syari'ah dan pemikiran Islam kontemporer yang sangat brilian, sehingga para mahasiswa harus menguasainya dengan baik. Nanti kalau sudah kembali ke Tanah Air juga harus mampu menerjemahkannya dalam konteks Indonesia,” kata dia.