REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Perwakilan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Turki Philippe Leclerc mengatakan Rusia, Ukrina, Turki dan PBB harus bekerja sama untuk mengekspor gandum Ukraina. Hal ini perlu dilakukan untuk mengatasi dampak negatif perang pada ketahanan pangan dunia.
Blokade de facto Rusia telah menutup ekspor pangan dari Ukraina, salah satu sumber minyak sayur dan gandum dunia. Masyarakat internasional pun khawatir hal ini dapat menghilangkan pasokan pangan dan kelaparan.
PBB mencoba untuk menjadi penengah dalam kesepakatan demi mengembalikan ekspor Ukraina dan ekspor pangan dan pupuk Rusia yang Moskow sebut terdampak sanksi-sanksi negara Barat pada mereka.
Leclerc mengatakan kenaikan harga gandum memperburuk masalah ketahanan pangan di seluruh dunia. Termasuk di Afghanistan, Timur Tengah dan Tanduk Afrika.
"Penting bagi PBB, Federasi Rusia, Ukraina dan Turki untuk bekerja sama pada kemungkinan mendapatkan ekspor gandum Ukraina, dengan menggunakan jalur laut atau darat melalui Romania," kata Leclerc di Istanbul, Selasa (21/6/2022).
Rusia mengatakan telah menawarkan "jalur aman" untuk pengiriman gandum Ukraina melalui pelabuhan Laut Hitam. Tapi tidak bertanggung jawab untuk mendirikan koridor itu dan Turki menyarankan pengiriman dapat dilakukan mengitari ranjau-ranjau laut.
Leclerc mengatakan sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari lalu sudah sekitar 145 ribu orang Ukraina yang tiba di Turki. Sekitar 10 ribu diantaranya mendapatkan izin tinggal selain 20 ribu yang sudah memilikinya sebelumnya. Sementara, kata Leclerc, 5.000 orang mengajukan perlindungan internasional.