Selasa 21 Jun 2022 20:19 WIB

Obesitas pada Anak Bisa Tingkatkan Risiko Demensia Saat Tua

Studi tunjukkan kaitan antara obesitas pada anak dengan penurunan kemampuan kognitif.

Red: Nora Azizah
Studi tunjukkan kaitan antara obesitas pada anak dengan penurunan kemampuan kognitif.
Foto: www.freepik.com
Studi tunjukkan kaitan antara obesitas pada anak dengan penurunan kemampuan kognitif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi dari para peneliti di Australia menyebutkan hubungan signifikan antara obesitas di masa kanak-kanak dengan kemampuan kognitif di usia paruh baya. Para peneliti menyebutkan bahwa hubungan ini mungkin berpengaruh dengan risiko demensia.

Penelitian melacak peserta selama periode 30 tahun, lalu menemukan bahwa tingkat kinerja fisik yang lebih tinggi saat usia anak berkorelasi dengan kognisi yang lebih baik di usia paruh baya. Namun, perlu perluasan poin ke intervensi gaya hidup yang dapat membantu melindungi dari demensia sejak awal kehidupan.

Baca Juga

Penelitian tersebut dipimpin oleh para ilmuwan di Universitas Monash Melbourne, dan melibatkan lebih dari 1.200 peserta. Pada 1985, ketika para peserta berusia antara tujuh dan 15 tahun, para peneliti menilai tingkat kebugaran mereka melalui pengukuran kinerja kardiorespirasi, kekuatan, daya tahan otot, dan rasio pinggang-pinggul.

Putaran penilaian lain dilakukan antara 2017 dan 2019, ketika subjek berusia 39 hingga 50 tahun, kali ini dengan fokus pada kemampuan kognitif. Proses ini melibatkan tes komputerisasi pada perhatian, memori, dan kognisi global, yang memungkinkan para ilmuwan untuk memberikan beberapa wawasan menarik.

Para ilmuwan menemukan bahwa mereka yang memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi tertinggi, kinerja otot, dan rasio pinggang-pinggul terendah pada 1985 ketika mereka masih anak-anak, mereka memiliki fungsi kognitif yang lebih tinggi ketika mereka mencapai usia paruh baya. 

Menurut tim penelitian, hal itu merupakan penemuan pertama dari hubungan semacam itu, serta menambah pemahaman tentang demensia dini dan gangguan kognitif di kemudian hari. Penelitian juga mulai membangun seputar cara perubahan perilaku kognitif, dapat bertindak sebagai tanda peringatan dini demensia.

Penelitian mengungkap tanda-tanda dalam segala hal, mulai dari perilaku mengemudi, kebiasaan tidur siang, hingga kerentanan terhadap depresi. Studi juga menunjukkan bagaimana penurunan kognitif terkait usia ini dapat dilacak melalui penanda biologis, termasuk jumlah sel darah merah dan perubahan mikrobioma usus.

"Mengembangkan strategi yang meningkatkan kebugaran dan menurunkan tingkat obesitas di masa kanak-kanak, adalah hal penting. Karena itu dapat berkontribusi pada peningkatan kinerja kognitif di usia paruh baya," kata penulis asosiasi studi itu, Professor Callisaya, dilansir dari newatlas, Selasa (21/6/2022).

Pentingnya penelitian juga menunjukkan bahwa strategi perlindungan terhadap penurunan kognitif di masa depan, mungkin perlu dimulai sejak masa kanak-kanak. Hal ini membuat otak dapat mengembangkan cadangan yang cukup, terhadap kondisi yang berkembang, seperti demensia di masa tua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement