Selasa 21 Jun 2022 21:03 WIB

Ekonom Optimistis Mendag Bisa Selesaikan Masalah Minyak Goreng

Ekonom optimistis dengan strategi Zulkifli Hasan.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengundang sejumlah ekonom senior untuk berdiskusi terkait ekonomi berkeadilan, Senin (20/6/2022).
Foto: istimewa/doc humas
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengundang sejumlah ekonom senior untuk berdiskusi terkait ekonomi berkeadilan, Senin (20/6/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejumlah ekonom optimistis Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan akan bisa menyelesaikan persoalan minyak goreng, serta  menstabilkan harga bahan pokok.

"Saya ucapkan selamat untuk Pak Zulkifli Hasan menjadi mendag. Tanggung jawab ini cukup berat dimana presiden meminta suplai kebutuhan pokok harus cukup dan harga bisa terjangkau," kata Ekonom senior Didik J. Rachbini di Jakarta, Selasa (21/6/2022).

Didik  mengatakan ada  optimisme yang tinggi dari strategi Mendag dalam upaya menstabilkan harga minyak goreng.Hal ini setelah Didik mengetahui strategi  Zulhas. “Saya optimistis kasus minyak goreng bisa diselesaikan dengan pola-pola baru sehingga kebutuhan dalam negeri dan ekspor bisa seimbang,” ungkap Didik.

Mantan menteri Bustanul Arifin, penjelasan strategi Zulhas sangat konkret dalam mengubah minyak goreng curah menjadi minyak goreng kemasan sederhana. "Ini akan betul-betul mengurangi kontroversi kelangkaan minyak goreng dan konsumen pun akan senang karena kualitas dan jaminan kehiegenisannya,” kata guru besar ekonomi pertanian UNILA ini.

Direktur Riset INDEF, Berly Martawardaya, berharap strategi yang diambil Mendag sesuai dengan kondisi Indonesia. “Sehingga tidak ada lagi fluktuasi dan harga yang tinggi, justru masyarakat bisa menikmati sembako yang berkualitas dengan harga yang terjangkau," ungkap Berly

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement