REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, dukungan negara-negara di dunia terhadap presidensi Indonesia di G20 masih sangat kuat. Diskusi terkait substansi di semua working group pun hingga kini masih berjalan dengan baik.
"Sehingga dapat saya sampaikan bahwa everything is in the right track," kata Retno dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (22/6/2022).
Presidensi Indonesia di G20 dihadapkan pada situasi dunia yang rumit. Di tengah situasi yang kompleks inipun, Indonesia memilih untuk tidak menggunakan "megaphone diplomacy" (diplomasi riuh) dalam menghadapinya. Ini tidak lain agar tujuan besar yang bermanfaat di dunia dapat terwujud.
"Situasi ini justru mendorong presidensi Indonesia untuk lebih aktif dalam menjadikan G20 sebagai katalis bagi pemulihan ekonomi global," ujar Retno.
Oleh karenanya, lanjutnya, komunikasi intensif terus dilakukan di semua lapisan. Retno mengatakan, belum lama ini Presiden Joko Widodo juga melakukan pembicaraan melalui telepon dengan Sekjen PBB, Kanselir Jerman, Perdana Menteri Pakistan, dan Presiden Turki.
"Saya sendiri terus melakukan komunikasi secara intensif dengan para Menlu G20 dan menlu dari negara lainnya," katanya.
Seperti diketahui presidensi G20 Indonesia mendapatkan sekelumit hambatan seusai Rusia melakukan apa yang dikatakannya 'operasi militer khusus' ke Ukraina. Banyak negara meminta supaya Indonesia tidak mengizinkan maupun mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin maupun dari pihak Rusia hadir dalam pertemuan-pertemuan G20.
Kendati begitu, Indonesia dengan tegas mengatakan akan mengundang seluruh kepala negara anggota G20 termasuk Rusia karena posisi Presidensi Indonesia di G20. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Indonesia juga mengundang Ukraina.
Jokowi pun telah melakukan pembicaraan dengan Putin maupun Zelenskiyy. Akhir bulan ini presiden berencana untuk mengunjungi keduanya di Kiev dan Moskow setelah menghadiri KTT G7 di Jerman.
Jokowi akan menjadi pemimpin negara Asia pertama yang mengunjungi kedua negara yang tengah berseteru itu. Kunjungan dilakukan di tengah invasi yang belum menunjukkan tanda-tanda reda.
Retno mengatakan, perang yang berkelanjutan akan memberikan dampak bagi kemanusiaan termasuk munculnya krisis pangan, energi dan keuangan. Tiga krisis ini harus segera ditangani oleh negara dunia agar krisis tidak terus memburuk.
"Memburuknya krisis pangan, energi dan keuangan dapat dipastikan akan sangat berdampak bagi negara berkembang dan negara dengan pendapatan rendah," katanya.