REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perusahaan investasi AS PIMCO mengatakan fokus bank-bank sentral dalam memerangi inflasi yang terus-menerus tinggi dapat menyebabkan resesi selama dua tahun ke depan. Ini juga akan meningkatkan risiko "kecelakaan keuangan".
Kenaikan harga-harga telah mendominasi pasar keuangan global tahun ini, mendorong bank-bank sentral untuk menaikkan suku bunga guna menahan permintaan. Tetapi ketidakpastian seputar langkah kebijakan moneter yang lebih ketat dan konsekuensinya bagi ekonomi global telah menyebabkan volatilitas yang tinggi di pasar.
Ketidakstabilan geopolitik yang disebabkan oleh perang di Ukraina juga berkontribusi pada perubahan harga yang liar di seluruh obligasi dan saham, sementara memperburuk inflasi dengan mendorong biaya komoditas seperti minyak dan gas.
"Kami melihat peningkatan risiko resesi selama dua tahun ke depan," kata PIMCO dalam sebuah laporan pada Rabu (22/6/2022), dengan mengacu pada AS dan negara maju lainnya.
Kemungkinan kontraksi ekonomi disebabkan oleh berbagai risiko termasuk inflasi yang masih tinggi dan potensi gejolak geopolitik yang lebih besar. Ini juga mencerminkan "fokus intens bank-bank sentral untuk memerangi inflasi terlebih dahulu, yang meningkatkan risiko kecelakaan keuangan di atas pengetatan tajam kondisi keuangan yang sudah terlihat," kata PIMCO.
Perebutan oleh bank-bank sentral untuk mengendalikan inflasi telah menghancurkan investor obligasi tahun ini. Imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang bergerak berlawanan dengan harga, telah meningkat tajam dalam apa yang merupakan awal terburuk tahun ini dalam sejarah pasar obligasi.