REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan, kondisi polusi di Jakarta sesuai keterangan BMKG memang tidak terlepas dari sumber emisi. Menurutnya, sumber emisi yang mengitari Jakarta berasal dari emisi bergerak dan tidak bergerak.
“Emisi bergerak itu adalah kendaraan roda dua, roda empat baik pribadi atau umum,” kata Asep di Monas, Rabu (22/6/2022).
Sedangkan emisi tidak bergerak, dinilainya sebagai sumber emisi dari industri dan konstruksi bangunan. Khusus di Jakarta, kata dia, sumber emisi terbesar adalah sektor emisi bergerak yang mencapai 75 persen.
“Sehingga memang kami mengimbau kepada seluruh warga untuk mengurangi membawa kendaraan pribadi tetapi menggunakan transportasi umum. Karena kita juga tahu sama-sama tahu transportasi di Jakarta semakin baik,” tuturnya.
Karena itu, dia mengimbau masyarakat yang hendak beraktivitas keluar rumah agar selalu memakai masker mengingat kualitas udara di Jakarta yang kurang baik. Penggunaan masker itu, katanya, hanya hingga polusi Jakarta telah berkurang. “Jangan lepas maskernya karena khawatir nanti masuk ke paru-paru,” ucapnya.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, mengatakan, tidak ada pembatasan administrasi terhadap pergerakan udara yang kotor. Menyoal udara Jakarta yang kotor, kata dia, perlu ditilik lebih jauh mengenai emisi di dalam kota dan pergerakan dari wilayah lain yang datang ke Jakarta.
“Jadi ada memang emisi dari dalam kota, tapi juga ada pergerakan dari berbagai wilayah,” kata Anies.
Karena itu, dia mengajak semua pihak agar bisa kritis melihat dan menyaring informasi.
Ditanya kondisi Jakarta yang bersih, Anies jelas menjawab belum hingga saat ini. Terlebih, saat masih banyak emisi kendaraan bermotor di Jakarta.
“Belum. Jelas tidak (bersih). Karena itu, selama empat tahun ini kita genjot serius soal transportasi umum, tujuannya adalah untuk mengurangi yang terjadi di kota kita,” katanya.