Jumat 24 Jun 2022 02:30 WIB

Diaspora Indonesia Emban Tugas Diplomasi Gaungkan G20 di Luar Negeri

Diaspora Indonesia di luar negeri mengemban tugas diplomasi menggaungkan G20.

Rep: Fitriyanto/ Red: Bilal Ramadhan
Acara Diaspora Talk yang diselenggarakan secara hybrid di Yogyakarta, Selasa (21/6). Diaspora Indonesia di luar negeri mengemban tugas diplomasi menggaungkan G20.
Foto: Istimewa
Acara Diaspora Talk yang diselenggarakan secara hybrid di Yogyakarta, Selasa (21/6). Diaspora Indonesia di luar negeri mengemban tugas diplomasi menggaungkan G20.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diaspora Indonesia memiliki peran strategis menggaungkan Presidensi G20 di luar negeri. Dengan jumlah yang mencapai delapan juta orang, diaspora Indonesia secara tidak langsung mengemban tugas diplomasi sebagai bagian dari nation branding Indonesia di negara tempat masing-masing diaspora bernaung.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemenkominfo Republik Indonesia, Usman Kansong, dalam Diaspora Talk yang diselenggarakan secara hybrid di Yogyakarta, Selasa (21/6/2022).

Menurut Usman, diaspora Indonesia bisa melakukan berbagai hal yang mendukung komunikasi publik Presidensi G20. Misalnya melakukan aksi unggah konten serentak melalui media sosial maupun dengan menggiatkan obrolan mengenai Presidensi G20 Indonesia.

“Jumlah delapan juta orang adalah kekuatan dahsyat. Branding negara kita itu ada di teman-teman diaspora. Beberapa teman yang berprestasi juga merupakan bagian dari nation branding Indonesia di negara tempat mereka tinggal,” ujar Usman dalam rilisnya, Kamis (23/6/2022).

Lebih lanjut Usman mengungkapkan bahwa apa yang perlu dikomunikasikan oleh para diaspora tentang presidensi G20 Indonesia di luar negeri tidak hanya seputar tiga tema utama yakni arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi. Tetapi juga apa manfaat yang didapat dari terlaksananya presidensi G20 Indonesia ini.

“Isu-isu tadi seringkali terlalu elit sehingga sulit dicerna oleh masyarakat Indonesia di dalam negeri mungkin juga di luar negeri. Karena itu mungkin kita bisa menurunkan level narasi yang kita sampaikan kepada masyarakat di luar negeri, supaya dari isu elit berubah menjadi isu akar rumput, yang relatif bisa dicerna oleh masyarakat secara umum,” jelas Usman.

Hal ini turut diamini oleh Sastia Pramaputri, Diaspora Indonesia di Jepang yang juga merupakan seorang ilmuwan di bidang pangan. Presidensi G20 menurutnya merupakan momentum bagi Indonesia dan juga warga Indonesia yang ada di luar negeri untuk memperoleh kredibilitas dan kepercayaan dunia dalam memimpin pemulihan global.

“Kita sebagai warga Indonesia dimanapun kita berada juga sangat mendapatkan benefit dengan presidensi ini. Kita ini seperti ambassador, branding agent. Bahwa apa yang kita lakukan di sini, semua prestasi dan kiprah kita di negara tempat kita bernaung itu akan menjadi suatu representatif Indonesia di luar negeri dengan membawa identitas budaya,” kata Sastia.

Sementara itu, Rennie Roos, Founder Indonesia-Netherland Youth Society, mengungkapkan bahwa diaspora Indonesia di luar negeri adalah kelompok yang sangat menarik, karena mempunyai skill dan keahlian dari dua budaya, yakni budaya Indonesia dan budaya negara tempat mereka tinggal.

“Karena mereka tau itu, mereka juga bisa paham dan menghubungkan semuanya sehingga penyampaian informasi lebih mudah,” ujarnya.

Ditambahkan Rennie, semua diaspora di luar negeri paham bagaimana mereka harus kerja sama dengan warga negara lain. Diaspora adalah kunci dalam menjembatani komunikasi untuk kerjasama yang lebih erat.

Pada kesempatan tersebut, Siti Nugraha Mauludiah, Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Luar Negeri menyampaikan bahwa untuk menghadapi tantangan presidensi G20 negara tidak bisa lagi melakukan proses diplomasi publik secara mandiri.

“Diperlukan sebuah kolaborasi bersama, salah satunya dengan para diaspora Indonesia di luar negeri yang memiliki peran pembangunan karakter dan pola interaksi presidensi G20 Indonesia,” katanya.

Diaspora Talk dilaksanakan dalam rangka menggaungkan Presidensi G20 Indonesia dengan menggandeng Diaspora Indonesia. Di hari kedua, Diaspora Talk menghadirkan pembicara yaitu Diaspora Indonesia di Jepang Sastia Prama Puteri, Diaspora Indonesia dari Amerika Serikat Sonita Lontoh dan Founder Youth Society Indonesia-Belanda Rennie Ross.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement