Kamis 23 Jun 2022 19:50 WIB

Pakar Jelaskan Alasan Kasus BA.4 dan BA.5 Banyak Ditemukan di Jakarta

Jakarta disebut intens melakukan pemeriksaan pengurutan keseluruhan genome Covid-19.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham Tirta
Amin Soebandrio.
Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA
Amin Soebandrio.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) menunjukkan bahwa kasus subvarian omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia saat ini sudah sebanyak 143 kasus. Mayoritas kasus dideteksi di Jakarta karena wilayah ini intens melakukan pemeriksaan pengurutan keseluruhan genome (WGS).

Pakar Mikrobiologi Universitas Indonesia (UI), Amin Soebandrio menyebutkan, kasus BA.4 yang sudah dideteksi hingga Kamis hari ini sedikitnya 13 kasus, rinciannya satu kasus di Bali dan 12 kasus di Jakarta. Sementara kasus BA.5 tercatat lebih dari 90 dan yang paling banyak dari Jakarta.

Baca Juga

"Kasus (BA.4 dan BA.5) di Jakarta bisa jadi banyak karena intens sequencing-nya," ujarnya saat berbicara di konferensi virtual IDI, Kamis (23/6/2022).

Ia menyebutkan, kasus BA.5 juga ditemukan di Jawa Barat (Jabar) dan daerah lainnya. Kasus BA.5 diakui kini cukup banyak ada di berbagai wilayah Indonesia.

Ia menjelaskan, subvarian BA.4 muncul pertama kali di Afrika Selatan per 10 Januari 2022, lalu. Kemudian, BA.5 pada Februari juga di Afrika Selatan. Kemudian, penyebarannya begitu cepat karena ternyata setelah diprediksi, BA.4 dan BA.5 ini ditengarai memiliki kemampuan menular lebih cepat.

Ia menambahkan, varian Omicron menular lebih cepat dibandingkan varian lain. Tetapi, subvarian ini menyebar lebih cepat daripada omicron. Ia menjelaskan, BA.4 dan BA.5 adalah turunan dari BA.2, tetapi ada beberapa mutasi yang menyebabkan dia punya sifat yang istimewa.

"Ada tambahan mutasi yang menyebabkan sifat tertentu. Namun, berita bagusnya adalah BA.4 dan BA.5 tidak menunjukkan kasus berat secara signifikan," ujarnya.

Ia menambahkan, sebagian besar orang yang terinfeksi omicron menunjukkan gejala klinis sangat ringan, bahkan tanpa gejala. Karena tidak bergejala, ia memperkarakan mungkin ini yang menyebabkan penyebarannya jadi lebih luas karena orang yang tertular subvarian ini tidak merasa sakit.

Kemudian, dia bisa bebas beraktivitas dan tetap ada dalam kerumunan. Tak hanya itu, ia menyebutkan sifat yang cukup menonjol dari omicron BA.4 dan BA.5 adalah bisa meloloskan diri dari antibodi yang ada walaupun antibodi pascavaksin lebih baik dibandingkan infeksi alami. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement