REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memperkirakan puncak kasus subvarian omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia akan terjadi pada Juli 2022. Berkaca dari Afrika Selatan (Afsel), IDI memperkirakan puncak kasus harian sepertiga varian delta, yaitu sekitar 20 ribuan.
"Data di Afrika Selatan menunjukkan puncak kasus BA.4 dan BA.5 hanya sepertiga dibandingkan BA.1. Sehingga, kalau omicron BA.1 di Indonesia sebelumnya mencapai rekor kasus harian sekitar 64 ribu, maka diperkirakan puncak kasus BA.4 dan BA.5 kemungkinan angka tertinggi sepertiganya atau 20 ribuan," kata Juru Bicara Penanganan Covid-19 PB IDI, Erlina Burhan dalam konferensi virtual IDI, Kamis (23/6/2022).
Ia menambahkan, awalnya variant of concern yang dikenal, yaitu Alfa, Beta, Gama, dan Delta. Kemudian, omicron memiliki macam-macam subvarian yaitu BA.1, BA.2, BA.4, dan BA.5. Sementara kasus subvarian BA.4 dan BA.5 pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada Januari 2022 dan Februari 2022.
Puncak kasus BA.4 sekitar 30 hari kemudian dan BA.5 selama 22 hari. Di Inggris, puncak kasus omicron BA.1 sekitar 30 hari, kemudian BA.4 dan BA.5 adalah 14 hari. Estimasi puncak kasus di Indonesia, dia menambahkan, dihitung setelah melihat tren kasus di Afrika Selatan dan Inggris.
Ia menyebutkan Kementerian Kesehatan sudah memprediksi terjadi puncak kasus BA.4 dan BA.5. "Karena pertama kali ditemukan Juni, maka puncak kasus ditemukan sekitar Juli 2022. Apalagi BA.4 dan BA.5 menyebar lebih cepat dibandingkan BA.1 dan BA.2," ujarnya.
Sejauh ini, IDI mencatat kasus BA.5 lebih banyak dibandingkan kasus BA.4. Meski subvarian BA.4 dan BA.5 lebih menular dibandingkan BA.1 dan BA.2, Erlina mencatat masyarakat Indonesia sudah banyak yang mrndapatkan vaksin Covid-19 bahkan mendapatkan dosis penguat (booster).
"Beruntung, keparahannya di bawah delta, tetapi punya kemampuan lolos dari perlindungan kekebalan tubuh," kata dia.