REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai potensi pembiayaan dengan standarisasi environmental, social and governance (ESG) mampu menambah jumlah aset perbankan. Diperkirakan pada 2025 jumlah aset yang didanai oleh standarisasi ESG sebesar 53 triliun dolar AS.
Pembiayaan dengan standarisasi ESG seperti halnya yang diluncurkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero). BNI menerbitkan obligasi hijau (BNI green bond) senilai Rp 5 triliun. Sementara Bank BRI menerbitkan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I dengan menargetkan penghimpunan dana sebesar Rp 5 triliun.
Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan potensi pembiayaan dengan standarisasi ESG cukup besar bagi perbankan, terlebih kreditur maupun investor institusional di luar negeri memiliki komitmen terhadap penurunan emisi karbon.
“Diperkirakan jumlah aset yang didanai oleh standarisasi ESG menembus 53 triliun dolar AS pada 2025,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Jumat (24/6/2022).
Bhima menyebut beberapa studi menunjukkan korelasi antara penurunan cost of capital atau biaya dana pada perusahaan atau perbankan yang memiliki skor ESG yang tinggi dibanding perusahaan secara umum. Pada ujungnya bank bisa terbitkan obligasi dengan bunga yang lebih rendah dari pasar.
“Bank yang memiliki standarisasi ESG cenderung lebih dipersepsikan rendah risiko karena bank tidak membiayai perusahaan yang mengalami stranded assets atau penurunan aset akibat risiko pemanasan global,” ucapnya.
Menurutnya saat yang bersamaan para investor menuntut bank agar mengurangi pendanaan pada debitur yang bergerak fosil seperti batubara, dan migas.
“Porsi pembiayaan sektor fosil perlu dikurangi secara signifikan sehingga skor ESG dapat lebih meningkat dan menarik minat investor,” ucapnya.
Sebelumnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berkomitmen dalam penerapan Keuangan Berkelanjutan di Indonesia. Terbaru, perseroan menerbitkan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI dengan menargetkan penghimpunan dana sebesar Rp 15 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan adapun jumlah emisi tahap I pada 2022 sebanyak-banyaknya Rp 5 triliun. Dia menyebut melalui penerbitan Green Bond semakin mengukuhkan posisi BRI sebagai market leader penerapan ESG di Indonesia.
ESG memiliki peranan penting untuk mendukung sustainability ataupun keberlanjutan kehidupan manusia serta mendorong tingkat kemakmuran ataupun prosperity. BRI melihat bahwa pelaku usaha segmen UMKM yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia ini memegang peranan penting dalam penerapan prinsip-prinsip ESG.