Dispertanikap Waspadai Risiko Pembuangan Puluhan Bangkai Ternak
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Beberapa bangkai hewan ternak seperti sapi dan kambing yang tersangkut di bebatuan aliran Sungai Serang di wilayah Dusun Pamotan, Desa/ Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sedikitnya 50 bangkai hewan ternak ditemukan di aliran sungai ini dan diduga merupakan ternak yang mati akibat PMK. | Foto: Kades Susukan
REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, mengantisipasi berbagai kemungkinan serta risiko yang diakibatkan oleh pembuangan puluhan bangkai hewan ternak di Sungai Serang wilayah Kecamatan Susukanpaten Semarang.
Pasalnya di wilayah lokasi pemuangan bangkai hewan ternak yang terindikasi PMK tersebut merupakan wilayah pertanian yang warganya juga jamak membudidayakan hewan-hewan ternak, seperti sapi, kerbau, dan kambing.
Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang, Wigati Sunu mengungkapkan, menyusul adanya pembuangan bangkai-bangkai hewan ternak di aliran Sungai Serang wilayah Kecamatan Tengaran, Dispertanikap telah mengambil langkah-langkah antisipasi.
Yang pertama untuk diantisipasi adalah, apabila bangkai-bangkai hewan ternak tersebut megandung virus PMK tentunya masyarakat harus waspada. Terutama para petani peternak yang ada di wilayah Desa Susukan dan Desa Sidoharjo. Karena ada kemungkinan juga virus itu bisa terbawa arus air.
Kedua, apabila air mengalir yang mengalir dari Sungai Serang tersebut masuk ke sawah-sawah milik warga di sekitar sungai, dikhawatirkan juga ada rumput yang selama ini digunakan warga untuk pakan hewan-hewan ternak mereka.
“Sehingga kita berharap para peternak atau petani yang mempunyai hewan ternak di sekitar Sungai Serang ini, untuk tidak menggunakan rumput-rumput yang ada di dekat sungai untuk pakan ternak,” jelasnya di Ungaran, Kabupaten Semarang.
Hal ini, jelas Sunu, untuk menghindari penularan PMK pada hewan ternak yang sehat melalui media rumput tersebut. Termasuk juga dalam menggunakan air sungai bagi kebutuhan hewan ternak mereka.
Sebab lanjutnya, meskipun air Sungai Serang berarus, kemungkinan virus menyebar melalui air yang menggenang juga bisa. Apalagi berdasarkan ilmu pengetahuan, virus itu apabila di air dapat bertahan hingga 40 hari.
Pun demikian dengan virus di air yang mengalir juga dapat bertahan selama 40 hari atau tidak juga belum tahu. “Makanya kewaspadaan penularan pada hewan-hewan ternak yang ada di lokasi pembuangan tersebut kita lakukan,” tegasnya.
Di lain pihhak, ia juga berharap langkah-langkah observasi yang dilakukan oleh tim Direktur Jenderal Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dan Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates nantinya juga akan mengungkap lebih jauh risiko-risiko kemungkinan dapat muncul di balik pembuangan puluhan bangkai hewan ternak di Sungai Serang.
Kemarin tim yang turun kelapangan tersebut telah melakukan investigasi dan mengambil sampel dari bangkai hewan- hewan ternak yang sebelumnya telah dikubur di sekitar lokasi penemuan guna memastikan apakah bangkai-bangkai tersebut masih mengandung virus PMK atau tidak.
Termasuk juga meninvestigasi kemungkinan adanya hal-hal lain yang menjadi penyebab kematian puluhan hewan ternak tersebut, meski hasil pemeriksaan petugas kesehatan hewan dan gugus tugas penanganan PMK ditemukan tanda-tanda klinis yang diakibatkan oleh virus PMK.
Sebab bukan tidak mungkin, ada faktor penyebab lain yang berkaitan dengan penyakit pada hewan ternak yang mengakibatkan puluhan kambing/domba tersebut mati sebelum akhirnya dibuang.
“Sejauh ini kami juga memantau, setelah peristiwa pembuangan bangkai hewan ternak tersebut, belum ditemukan kasus hewan ternak sehat di sekitar lokasi yang terpapar PMK, seperti di Desa Susukan maupun di Desa Sidoharjo,” ujar Sunu.