REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan disebut akan menyiapkan hunian sementara (huntara) bagi para warga terdampak bencana abrasi pantai. Bencana itu melanda wilayah Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara pada Rabu (15/6/2022) lalu.
Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan mengambil langkah cepat dengan melakukan proses pengerjaan hunian sementara sesuai arahan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat berkunjung ke posko pengungsian pada pekan lalu. "Pemerintah setempat juga diharapkan segera mengambil kebijakan untuk penyediaan lahan hunian baru (tetap) bagi masyarakat yang saat ini sudah terdampak maupun yang terancam abrasi pantai," kata Suharyanto di Jakarta, Jumat (24/6/2022).
Pada pelaksanaannya nanti, Suharyanto mengatakan akan berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Ini sebagaimana praktik yang telah dilakukan guna penyediaan tempat tinggal bagi warga terdampak Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur.
"Saya akan minta bantuan ke Kementerian PUPR saja biar cepat. Mereka sudah punya prototipe seperti yang sudah ada bagi warga lereng Semeru," ujar Suharyanto.
Adapun hunian sementara tersebut berlokasi di wilayah Perkebunan Kelurahan Bitung , kompleks jalan menuju Desa Kilometer Tiga. Nantinya hunian sementara ini akan dihuni para warga yang rumahnya terdampak abrasi yang hingga kini masih bertahan di lokasi pengungsian. Selain itu, rencana relokasi pasar tradisional tengah disiapkan.
"Mengingat pasar ini berada dekat dengan titik terdampak dan beresiko terkena bencana serupa jika tetap dilokasi tersebut," ucap Suharyanto.
Berdasarkan data yang berhasi dihimpun Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Jumat (24/6/2022) pukul 01.20 WIB menyebutkan total jumlah pengungsi sebanyak 127 KK/ 387 jiwa. Rinciannya 53 KK /134 jiwa di BPBU Kelurahan Lewet, 46 KK/158 jiwa di Aula Sentrum PGA Uwuran Dua dan 28 KK/95 jiwa di rumah keluarga ataupun kerabat.