Jumat 24 Jun 2022 22:13 WIB

ESDM Gandeng Negara G20 Tingkatkan Kompetensi SDM Dalam Transisi Energi

Transisi energi membutuhkan SDM yang dapat mendukung pembangunan fasilitas baru

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Forum Energy Transition Workiing Group (ETWG) kedua digelar di Labuan Bajo, Kamis (23/6). Delegasi G20 sepakat untuk mempercepat transisi energi untuk mengurangi emisi karbon.
Foto: Kementerian ESDM
Forum Energy Transition Workiing Group (ETWG) kedua digelar di Labuan Bajo, Kamis (23/6). Delegasi G20 sepakat untuk mempercepat transisi energi untuk mengurangi emisi karbon.

REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO -- Indonesia memiliki komitmen besar dalam pengurangan emisi demi mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat lagi. Selain pengalihan teknologi, Sumber Daya Manusia (SDM) juga menjadi faktor penting dalam mencapai target tersebut.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM) Prahoro Nurtjahyo menjelaskan dalam transisi energi perlu sumber daya manusia yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan fasilitas-fasilitas baru tersebut. Untuk itu, sebagai tuan rumah forum KTT G20, Indonesia menggandeng negara negara untuk bisa bekerjasama dalam peningkatan kompetensi SDM ini.

"Dalam rangka mencapai Net Zero Emission, Kementerian ESDM telah menyusun roadmap hingga tahun 2060 dimana akan difokuskan pada pengurangan penggunaan pembangkit listrik batubara, percepatan pembangunan fasilitas energi baru terbarukan, penggunaan kendaraan listrik, serta penggunaan smart grid," ungkap Prahoro saat ditemui di Labuan Bajo, Jumat (24/6).

Ia menyebutkan, BPSDM ESDM berkomitmen untuk menyediakan tenaga yang sesuai dalam rangka mejawab tantangan roadmap tersebut. "Kami memiliki roadmap Net Zero Emmission, sehingga semua program terkait pengembangan SDM harus mengikuti roadmap tersebut. Kami telah menyiapkan anggaran untuk tahun 2022 dan telah berdiskusi dengan beberapa universitas di luar negeri antara lain Selandia baru, Australia, dan Inggris," lanjut Prahoro.

Lebih lanjut BPSDM ESDM juga membuka kemungkinan kerjasama dengan pihak universitas yang memiliki program di luar skema pembiayaan negara. Terkait tingkat pendidikan yang menjadi fokus utama program ini, Prahoro menjelaskan, kerja sama menyasar pendidikan Magister dan Doktoral (S2 dan S3), namun tidak menutup kemungkinan bentuk kerjasama lainnya.

"Pasca pelaksanaan forum ini, maka dapat diketahui kapasitas SDM yang dimiliki oleh Kementerian ESDM, sehingga memperjelas strategi pendidikan yang akan dilaksanakan, serta mendapatkan prioritas untuk ditindaklanjuti. Acara seperti ini tidak akan berarti apabila tidak ada tindak lanjut," tegas Prahoro.

Senada dengan Prahoro, narasumber lainnya, Direktur Jenderal EBTKE Dadan Kusdiana dan Staf Ahli Menteri ESDM bidang Perencanaan Strategis Kementerian ESDM Yudo Priaadi selaku Chair Energy Transition Working Group G20, menggarisbawahi bahwa demi tercapainya target Net Zero Emission, perlu adanya kerjasama antar negara maju dengan negara berkembang dalam bentuk transfer teknologi melalui pendidikan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement