REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penghulu para ulama (sulthanul ulama) Izzuddin bin Abdissalam dalam Syajaratul Ma'arif menjelaskan zikrullah adalah sebaik- baiknya upaya mengingat (Dzikruhu asyrafu min kulli dzikrin)dan kalimat zikir terbaik adalah laa ilaaha illa Allah, yang artinya tiada Tuhan selain Allah.
Biasakanlah mengucapkan kalimat ini setiap hari mulai dari ratusan hingga ribuan kali.Tak selalu dalam keadaan duduk setelah shalat, zikir juga bisa dilakukan sambil mengendalikan kendaraan, saat duduk di kantor, di tempat wisata, dan di tempat-tempat yang baik.
Jika sudah terbiasa berzikir, kelak di pengujung hidup, mulut kita akan mudah mengucap kan laa ilaaha illa Allahsehingga akhir hidup kita adalah kebaikan (husnul khatimah), sebagaimana hadis Rasulullah SAW dari Muadz bin Jabal dan diriwayatkan oleh Imam Abu Daud.
Harus dipahami bahwa zikir bukan untuk Zikir bukan untuk Allah, karena Dia sudah Maha Sempurna. Ini adalah untuk diri kita sendiri.Allah, karena Dia sudah Maha Sempurna. Ini adalah untuk diri kita sendiri, untuk reminder organ lahir dan batin, yang semula bermaksiat, menjadi berbuat kebaikan untuk Allah bahwa Allah adalah yang Maha Segala, sedangkan kita bukan siapa-siapa.
Zikir akan membuahkan ma'rifatullah.Syekh Izzuddin menjelaskan, perumpamaan makrifatullah adalah bagaikan pohon bagus rindang yang akarnya berupa pengetahuan dzat Allah menjalar ke bawah sehingga kokoh menopang argumentasi dan penjelasan. Sedangkan ranting-rantingnya berupa ma'rifatus shifat,menjulang tinggi ke langit, maksudnya adalah terhormat dan mulia. Buahnya (yaitu ketenangan diri dan akhlak mulia) selalu mun cul dan dirasakan manfaatnya oleh orang banyak.
Izzuddin menjelaskan, pohon ini terdiri atas tiga cabang. Pertama adalah mengetahui sifat- sifat yang menegasikan Allah dari segala kekurangan dan kecacatan. Cabang ini terbagi lagi menjadi upaya menegasi sifat lupa, tidur, zalim, dan permusuhan, yang semua itu tidak ada dalam diri Allah.
Kedua adalah mengetahui sifat dzat. Ada tujuh dahan yang menyertainya, yaitu hidup, ilmu, kuasa, kehendak, mendengar, melihat, dan berbicara.
Ketiga adalah cabang berupa mengetahui sifat dan perbuatan Allah. Cabangnya ada banyak, di antaranya adalah memberi mudarat dan manfaat, mengampuni dosa dan menutupi aib, memberikan nikmat dan azab, serta memuliakan dan membinasakan orang.
Ketika pohon makrifat tumbuh di hati, kita akan mengetahui keindahan Allah, mencintai orang yang mengetahui keagungan-Nya (para wali, nabi, dan rasul), mengetahui kasih sayang dan betapa pedih siksa-Nya, penuh harap. Dirinya diliputi takut kepada Allah sekaligus penuh harap akan kasih sayangnya. Juga meyakini sepenuh hati bahwa Allah adalah esa. Makrifat menjadi asal segala kebaikan (ashlun li kulli khairin wa mashdarun li kulli birrin) dan perintang segala keburukan.