Ahad 26 Jun 2022 05:10 WIB

Asal Usul Gelar Haji Itu dari Pemerintah Belanda, Bukan dari Kerajaan Arab

Pemerintah Hindia Belanda memberikan gelar haji kepada setiap Muslim yang baru kembali dari Tanah Suci.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
.
Foto: network /Kurusetra
.

Kapal Api pengangkut calon jamaah haji. Pemerintah Hindia Belanda memberikan gelar haji kepada setiap Muslim yang baru kembali dari Tanah Suci.
Kapal Api pengangkut calon jamaah haji. Pemerintah Hindia Belanda memberikan gelar haji kepada setiap Muslim yang baru kembali dari Tanah Suci.

KURUSETRA -- Seorang Muslim atau Muslimah Indonesia yang baru saja pulang dari ibadah haji pasti akan mendapatkan gelar "haji" di depan namanya. Panggilan "Pak Haji" atau "Bu Haji" menjadi sebuah panggilan penghormatan kepada seseorang yang baru saja pulang dari beribadah di Tanah Suci. Tapi, tahukah Sedulur jika gelar Haji itu dibuat bukan oleh Kerajaan Arab melainkan bikinan Kerajaan Belanda.

Tentu saja gelar Haji diberikan bukan tanpa sebab. Ada udang di balik bakwan ibaratnya. Gelar Haji justru menjadi label dari Kerajaan Belanda kepada setiap Muslim pribumi yang baru saja pulang dari Tanah Suci.

BACA JUGA: Cerita Megawati tak Ingin Puan Maharani Punya Suami Kayak Tukang Bakso

Alasan diberikan label tersebut karena para Pak Haji dan Bu Haji di era itu bisanya tidak hanya membawa misi menyebarkan dakwah setelah mendapatkan banyak ilmu di Tanah Suci, tapi juga punya misi perjuangan melawan penjajah. Semula, para pegawai kongsi dagang Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) tidak melihat ibadah haji dari sudut pandang politik, melainkan dari perdagangan yang membawa keuntungan. Sebab, para pegawai VOC menyediakan kapal-kapal untuk perjalanan ke Saudi.

Penyelenggaraan haji sebagai gerakan politik baru terasa ketika VOC bangkrut dan digantikan Kerajaan Belanda. Dalam Ordonansi Haji tahun 1825, Pemerintah Hindia Belanda membatasi jumlah umat Islam yang ingin berangkat ke Tanah Suci. Tujuannya tak lain agar tidak ada pemberontakan.

BACA JUGA: Coba Pakai YTMP3 Converter, Cara Cepat dan Mudah Download Video Youtube Jadi MP3 MP4

Salah satu cara yang dilakukan adalah menaikkan biaya haji. Tapi bukannya berkurang, jumlah umat Islam yang mengajukan paspor haji ke kantor imigrasi justru mengalami lonjakan pada 1824. Situasi ini membuat bingung Pemerintah Hindia Belanda karena ditakutkan para haji itu akan menyebarkan pikiran-pikiran baru.


Salah satu yang paling fenomenal adalah Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro, dipelopori para pemuka agama. Perang yang berlangsung selama lima tahun dari 1825-1830 itu bahkan membuat Pemerintah Hindia Belanda bangkrut.

Karena dasar itulah, pemerintah Belanda melabeli setiap Muslim yang baru ibadah haji dengan gelar "haji". Mereka akan diawasi pergerakannya.

BACA JUGA: Bikin Melongo, Gaji Satpol PP Capai Rp 57 Juta Ngalahin Gaji Mba-Mba SCBD Sampai Gaji Menteri

Salah satu cara mengawasi pergeran mereka adalah dengan memberlakukan "ujian haji". Mereka yang mengaku baru pulang dari Tanah Suci harus membuktikan kebenaran jika mereka benar-benar mengunjungi Mekkah. Jika dianggap lulus, mereka berhak menyandang gelar gaji dan diwajibkan memakai "pakaian khusus haji" berupa jubah, serban putih atau kopiah putih.

Dari Ujian Haji itulah penyematan haji diberlakukan. Tujuannya ya itu tadi, untuk mempermudah pengawasan agar Pemerintah Kolonial Belanda tidak perlu repot-repot mengawasi satu per satu. Sehingga ketika ada perlawanan terhadap Belanda, mereka tinggal menangkap para haji.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Advertisement