Ahad 26 Jun 2022 16:16 WIB

Menlu Retno Ajak Dunia Pulihkan Rantai Pasokan Global

Perang telah menghancurkan sistem pangan global yang sebelumnya dilemahkan pandemi

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengajak dunia untuk memulihkan rantai pasokan global yang terkena dampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.
Foto: Kemenlu RI
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengajak dunia untuk memulihkan rantai pasokan global yang terkena dampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengajak dunia untuk memulihkan rantai pasokan global yang terkena dampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina. Ia menegaskan bahwa perang selalu menjadi tragedi kemanusiaan yang berdampak tidak terbatas pada satu wilayah saja.

Perang yang saat ini terjadi telah menghancurkan sistem pangan global yang sebelumnya sudah dilemahkan oleh pandemi dan perubahan iklim. "Di waktu yang sulit ini, dunia tidak punya pilihan lain selain bersatu untuk memulihkan ketahanan pangan global," tegas Menlu Retno dalam kesempatan memimpin Ministerial Conference on Uniting for Global Food Security bersama Menlu Jerman, Menlu Prancis, Menlu AS, dan Menlu Senegal, Jumat (24/6/2022) waktu setempat, dalam rilis pers Kemenlu RI.

Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Jerman selaku Presiden G7 di Berlin secara hybrid oleh 25 negara lainnya. Retno hadir di Berlin untuk kemudian mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan para pemimpin G7.

Dalam pertemuan Ministerial Conference on Uniting for Global Food Security, Retno menyampaikan dua hal yang penting dilakukan dalam jangka pendek untuk menjaga rantai pasokan global. Pertama, seraya tetap menegakkan hukum internasional, dunia tidak boleh menyerah untuk menemukan solusi damai di Ukraina.

"Perang ini harus segera dihentikan, dan seluruh pihak harus berkontribusi pada tujuan ini," ujar Retno.

Kedua, Retno menyampaikan bahwa dunia harus memulihkan rantai pasok pangan global. Sebab dampak nyata perang terhadap pangan dan pupuk sangat jelas. "Bila kita gagal mengatasi krisis pupuk, maka akan terjadi krisis beras yang menyangkut nasib lebih dari 2 miliar penduduk dunia," katanya.

Menurutnya, solusi efektif terhadap krisis pangan ini menuntut dilakukannya reintegrasi produksi pangan Ukraina dan produksi pangan dan pupuk Rusia pada pasar dunia, terlepas dari perang. "Perlu diamankan sebuah grain corridor dari Ukraina, dan dibukanya ekspor pangan dan pupuk dari Rusia. Seluruh negara harus menahan diri dari tindakan yang semakin memperburuk krisis pangan ini," jelas Menlu Retno.

Dalam pertemuan tersebut, Retno juga menjelaskan bahwa dunia perlu berkolaborasi melakukan 3 hal penting, yakni mendorong investasi yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian, mendiversifikasi produksi dan impor pangan, dan mendorong perdagangan produk pertanian yang non-diskriminatif.

"Oleh karena itu penting berpacu dengan waktu dan dunia harus bertindak sekarang juga," pungkasnya.

Ministerial Conference on Uniting for Global Food Security merupakan pertemuan yang diinisiasi Jerman sebagai pemegang Presidensi G7 2022. Pertemuan ini dihadiri oleh Menlu, Menteri Pertanian, dan Menteri Pembangunan dari berbagai negara G7, negara anggota Champions of Global Crisis and Response Group, dan sejumlah negara donor, serta perwakilan Organisasi Internasional.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement