Ahad 26 Jun 2022 16:21 WIB

DPR Klaim RUU KIA tak Bertentangan dengan UU Tenaga Kerja

RUU KIA juga akan mengusulkan cuti bagi seorang ayah selama 40 hari.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus raharjo
Ketua DPR Puan Maharani (kanan) menyapa perempuan lanjut usia (lansia) di Panti Sosial Lansia saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Kamis (16/6/2022). Dalam kunjungan kerjanya tersebut Puan Maharani antara lain meninjau kegiatan di Panti Sosial Lansia dan Sekolah Luar Biasa Negeri Karangrejo, serta meresmikan Gedung Kapten Pnb Anumerta Surindro Supjarso di Lanud Iswahjudi.
Foto: ANTARA/Siswowidodo
Ketua DPR Puan Maharani (kanan) menyapa perempuan lanjut usia (lansia) di Panti Sosial Lansia saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Kamis (16/6/2022). Dalam kunjungan kerjanya tersebut Puan Maharani antara lain meninjau kegiatan di Panti Sosial Lansia dan Sekolah Luar Biasa Negeri Karangrejo, serta meresmikan Gedung Kapten Pnb Anumerta Surindro Supjarso di Lanud Iswahjudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR Puan Maharani mengeklaim, Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) tak bertentangan dengan undang-undang lain. Terutama dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.

"DPR bersama pemerintah akan meminta masukan dari seluruh stakeholder terkait. Kita berharap dapat ditemukan solusi terbaik yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak," ujar Puan lewat keterangan tertulisnya, Ahad (26/6/2022).

Baca Juga

Usulan cuti melahirkan selama enam bulan bagi pekerja perempuan, diamini Puan menimbulkan pro dan kontra di publik. Namun, ia menegaskan, RUU KIA merupakan salah satu upaya untuk menyejahterakan ibu dan anak secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan.

"Salah satunya lewat pemenuhan hak dasar orang tua, khususnya ibu. Termasuk hak cuti yang memadai bagi orang tua bekerja," ujar Puan.

Selain cuti melahirkan selama enam bulan bagi ibu, RUU KIA juga rencananya akan mengusulkan cuti bagi seorang ayah atau suami selama 40 hari. Tujuannya, suami atau ayah dapat membantu merawat anaknya yang baru lahir.

"Badan musyawarah DPR sudah menyepakati RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak atau RUU KIA akan disahkan sebagai RUU inisiatif DPR dalam rapat paripurna terdekat," ujar Puan.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mendukung gagasan Rancangan Undang-Undang tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA). Salah satu poin dalam RUU KIA yaitu cuti melahirkan sepanjang enam bulan bagi seorang ibu.  

Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA Agustina Erni menyatakan kehadiran RUU KIA ini penting dalam pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) di masa mendatang. "Hal menarik di dalam RUU KIA ini adalah terkait pemberian cuti melahirkan selama 6 bulan. Saya pikir, pemberian cuti tersebut sangat mendukung untuk kesejahteraan ibu pasca melahirkan dan tentu saja bagi anak," kata Erni dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id pada Rabu (22/6).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement