Ahad 26 Jun 2022 16:43 WIB

Muhammadiyah Ajak Bangun Kecerdasan Finansial

Semua potensi ekonomi Muhammadiyah harus bersatu.

Red: Irwan Kelana
Suasana pembukaan  Muhammadiyah Microfinance Summit II 2022 di kota Batu, Malang,  Jawa Timur, Kamis (23/6/2022).
Foto: Dok BTM
Suasana pembukaan Muhammadiyah Microfinance Summit II 2022 di kota Batu, Malang, Jawa Timur, Kamis (23/6/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan,  Dr  Anwar Abbas  MM MAg  mengajak, kepada warga  Muhammadiyah dan umat Islam untuk membangun kecerdasan finansial. Hal ini didasari oleh fenomena yang terjadi selama ini, di mana banyak umat Islam cerdas dalam berbagai bidang tapi tak cerdas dalam bidang finansial.

Peryataan ini disampaikan olehnya di acara pembukaan  Muhammadiyah Microfinance Summit II 2022 di kota Batu, Malang,  Jawa Timur, Kamis (23/6/2022). Acara yang mengusung tema “Membangun kemandirian BTM dan closed loop economy Muhammadiyah” itu diselenggarakan oleh Induk Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM).

Sembari menceritakan pengalamannya bersama almarhum mantan Bendahara PP Muhammadiyah,  Prof Dr Suyatno MPd, Anwar menambahkan, bahwa sepengetahuannya,  uang Muhammadiyah yang ditaroh di perbankan itu sebesar Rp 8 triliun. Sementara pembiayaan Muhammadiyah dari perbankan yang diperoleh  selama ini sebesar Rp  4 triliun atau Rp 5 triliun.  “Dengan demikian,  kesimpulannya uang perbankan yang dipinjamkan selama ini  pada kita itu adalah uang Muhammadiyah,” ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (24/6). 

Sayangnya lagi, uang Muhammadiyah yang ditempatkan di perbankan itu dalam bentuk giro yang  return-nya  hanya 0,5 persen. Begitu juga di produk tabungan dan deposito yang  memperoleh bagi hasil cuma 3 %.  Sementara jika diri kita mengajukan pembiayaan ke perbankan rata – rata margin bagi hasil pembiayaan yang harus kita bayar  adalah antara 9 % - 13 %.  Hal ini jelas tidak menguntungkan bagi Muhamadiyah.

“Padahal, jika kita punya kecerdasan finansial, bagi hasil pembiayaan perbankan itu bisa kita tekan untuk memperoleh margin antara 4 % - 6 %.  Untuk bisa memperoleh itu, maka semua potensi ekonomi Muhammadiyah harus bersatu untuk dikonsolidasikan sehingga Muhammadiyah memiliki daya  tawar kepada perbankan di masa yang  akan datang,”  ucapnya. 

Sementara di tempat yang sama Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MEK – PPM),  Herry Zudianto  mengatakan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional dan jumlahnya lebih dari 65 juta yang terdiri dari 64,6 juta usaha mikro dan 700 ribu-an adalah usaha menengah. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) 69,5% UMKM belum terakses layanan perbankan.

Di sinilah, kata dia,  peluang lembaga keuangan mikro/LKM termasuk BTM untuk  mengambil peran dakwah bidang ekonomi. Sekaligus juga sebagai bentuk  pembelaan hak-hak terhadap akses sumber daya keuangan dari masyarakat lapisan bawah harus menjadi bagian dakwah Muhammadiyah.

“Untuk itu saya berharap Muhammadiyah Microfinance Summit II 2022 ini, peran BTM bisa mengambil peluang tersebut dengan selalu fokus pada fokus sasaran, manajemen profesional, penerapan prinsip kehati - hatian dalam manajemen risiko, Good Cooperative Governance (GCG) yang terjaga dengan visi jangka panjang untuk menjaga sustainabilitas BTM,”papar Ketua MEK- PPM.

Diakui oleh Herry, saat ini dunia bisnis di sektor apapun akan terus berhadapan dengan tingkat persaingan yang semakin kompetitif (hyper competitive), termasuk di BTM. Selama  ini BTM sudah head to head dengan LKM lain, seperti  Baitulmaal Waa Tamwil (BMT), Koperasi kredit (Credit Union), BPR/BPRS, unit layanan mikro bank umum (BRI Unit, DSP, Brilink, dll), leasing,  modal ventura dan lain-lain. “Untuk itu BTM harus mampu memjawab berbagai tantangan yang dihadapi selama ini, tak  hanya untuk bertahan tapi juga harus mampu berkembang dan ekspansi,” ujarnya.

Selain itu, dengan selalu menjaga kelenturan bisnis (agility) dan tak boleh kehilangan ruh atau jiwa layanan pada usaha mikro. “Serta harus tetap fokus pada segmen dengan beragam inovasi dan jangan sampai bergeser melayani skala yang lebih besar dengan tingkat risiko lebih tinggi,” papar Henry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement