REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan, Dr Anwar Abbas MM MAg mengajak, kepada warga Muhammadiyah dan umat Islam untuk membangun kecerdasan finansial. Hal ini didasari oleh fenomena yang terjadi selama ini, di mana banyak umat Islam cerdas dalam berbagai bidang tapi tak cerdas dalam bidang finansial.
Peryataan ini disampaikan olehnya di acara pembukaan Muhammadiyah Microfinance Summit II 2022 di kota Batu, Malang, Jawa Timur, Kamis (23/6/2022). Acara yang mengusung tema “Membangun kemandirian BTM dan closed loop economy Muhammadiyah” itu diselenggarakan oleh Induk Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM).
Sembari menceritakan pengalamannya bersama almarhum mantan Bendahara PP Muhammadiyah, Prof Dr Suyatno MPd, Anwar menambahkan, bahwa sepengetahuannya, uang Muhammadiyah yang ditaroh di perbankan itu sebesar Rp 8 triliun. Sementara pembiayaan Muhammadiyah dari perbankan yang diperoleh selama ini sebesar Rp 4 triliun atau Rp 5 triliun. “Dengan demikian, kesimpulannya uang perbankan yang dipinjamkan selama ini pada kita itu adalah uang Muhammadiyah,” ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (24/6).
Sayangnya lagi, uang Muhammadiyah yang ditempatkan di perbankan itu dalam bentuk giro yang return-nya hanya 0,5 persen. Begitu juga di produk tabungan dan deposito yang memperoleh bagi hasil cuma 3 %. Sementara jika diri kita mengajukan pembiayaan ke perbankan rata – rata margin bagi hasil pembiayaan yang harus kita bayar adalah antara 9 % - 13 %. Hal ini jelas tidak menguntungkan bagi Muhamadiyah.
“Padahal, jika kita punya kecerdasan finansial, bagi hasil pembiayaan perbankan itu bisa kita tekan untuk memperoleh margin antara 4 % - 6 %. Untuk bisa memperoleh itu, maka semua potensi ekonomi Muhammadiyah harus bersatu untuk dikonsolidasikan sehingga Muhammadiyah memiliki daya tawar kepada perbankan di masa yang akan datang,” ucapnya.
Sementara di tempat yang sama Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MEK – PPM), Herry Zudianto mengatakan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional dan jumlahnya lebih dari 65 juta yang terdiri dari 64,6 juta usaha mikro dan 700 ribu-an adalah usaha menengah. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) 69,5% UMKM belum terakses layanan perbankan.
Di sinilah, kata dia, peluang lembaga keuangan mikro/LKM termasuk BTM untuk mengambil peran dakwah bidang ekonomi. Sekaligus juga sebagai bentuk pembelaan hak-hak terhadap akses sumber daya keuangan dari masyarakat lapisan bawah harus menjadi bagian dakwah Muhammadiyah.
“Untuk itu saya berharap Muhammadiyah Microfinance Summit II 2022 ini, peran BTM bisa mengambil peluang tersebut dengan selalu fokus pada fokus sasaran, manajemen profesional, penerapan prinsip kehati - hatian dalam manajemen risiko, Good Cooperative Governance (GCG) yang terjaga dengan visi jangka panjang untuk menjaga sustainabilitas BTM,”papar Ketua MEK- PPM.
Diakui oleh Herry, saat ini dunia bisnis di sektor apapun akan terus berhadapan dengan tingkat persaingan yang semakin kompetitif (hyper competitive), termasuk di BTM. Selama ini BTM sudah head to head dengan LKM lain, seperti Baitulmaal Waa Tamwil (BMT), Koperasi kredit (Credit Union), BPR/BPRS, unit layanan mikro bank umum (BRI Unit, DSP, Brilink, dll), leasing, modal ventura dan lain-lain. “Untuk itu BTM harus mampu memjawab berbagai tantangan yang dihadapi selama ini, tak hanya untuk bertahan tapi juga harus mampu berkembang dan ekspansi,” ujarnya.
Selain itu, dengan selalu menjaga kelenturan bisnis (agility) dan tak boleh kehilangan ruh atau jiwa layanan pada usaha mikro. “Serta harus tetap fokus pada segmen dengan beragam inovasi dan jangan sampai bergeser melayani skala yang lebih besar dengan tingkat risiko lebih tinggi,” papar Henry.